KabarIndonesia.id — Grup Kerjasama Bilateral Indonesia (GKSB) yang dipimpin oleh Edhie Baskoro Yudhoyono, atau lebih dikenal dengan Ibas, melakukan kunjungan kerja ke Uzbekistan. Kunjungan ini diadakan dalam konteks memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Uzbekistan, serta memperdalam kerjasama di berbagai sektor. Dalam pertemuan yang berlangsung di Tashkent, Ibas bersama anggota GKSB bertemu dengan Oliy Majlis, parlemen Uzbekistan.
Dalam pernyataannya, Ibas menyampaikan, “Terima kasih yang tulus karena diberikan kesempatan untuk melakukan pertemuan bilateral ke Uzbekistan. Saya paham ini mungkin waktu yang sibuk, tapi saya yakin Pemilu akan berjalan dengan lancar dan damai.” Pernyataan ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk menjalin hubungan yang lebih erat, meskipun dalam waktu yang bersamaan, kedua negara menghadapi proses pemilihan umum.
Lebih lanjut, Ibas menekankan bahwa Indonesia akan segera memasuki fase baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Dia meyakini bahwa pemerintahan baru Indonesia akan fokus pada pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, dengan tujuan untuk memastikan manfaat bagi seluruh elemen masyarakat serta menjaga lingkungan yang sehat untuk generasi mendatang.
Ibas juga menyatakan optimisme terhadap pemilu mendatang di Uzbekistan, yang dinilai sebagai momentum penting dalam membangun kesejahteraan bangsa. “Kami berharap kolaborasi antara negara kita, antar parlemen Indonesia dan Uzbekistan terus harmonis dan lebih erat menuju tujuan kehidupan bersama tentang kesejahteraan, kesetaraan, dan keberlanjutan,” ungkap Ibas.
Dalam konteks kerjasama bilateral, Ibas menekankan pentingnya Uzbekistan sebagai mitra strategis bagi Indonesia. Dengan populasi terbesar di Asia Tengah dan potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk cadangan gas alam, minyak bumi, dan batu bara, Uzbekistan memiliki peran vital dalam peta geoekonomi dunia. “Asia Tengah memiliki potensi yang berlimpah dan secara geografis terletak di lokasi yang strategis, menjadikannya pemain kunci dalam membentuk landscape politik dan ekonomi global,” ujar Ibas.
Lebih jauh, Ibas menjelaskan bahwa Uzbekistan sebagai pusat dari Jalur Sutra (Silk Road) telah berperan penting dalam menciptakan daerah terintegrasi. Dia mengakui bahwa kepemimpinan Uzbekistan menciptakan banyak proyek untuk mempromosikan konektivitas wilayah, yang berkontribusi signifikan terhadap stabilitas dan perkembangan kawasan.
Di sisi lain, Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dan ekonomi terbesar di ASEAN, memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Dengan lebih dari 280 juta penduduk, Indonesia menawarkan pasar konsumen strategis dan peluang investasi yang menarik. Ibas memproyeksikan bahwa Indonesia akan menambah lebih dari 75 juta orang ke dalam kelas menengah pada tahun 2030, menjadikannya pasar yang signifikan di dunia.
“Dengan 35 perjanjian perdagangan, termasuk RCEP, Indonesia memainkan peran penting dalam perdagangan global dan sebagai pintu gerbang menuju ASEAN yang berjumlah 680 juta orang,” tegas Ibas.
Kunjungan kerja GKSB ke Uzbekistan bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah strategis untuk mencapai tujuan bersama dalam pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan, dan kolaborasi antar negara. Melalui pertemuan ini, diharapkan terjalin komunikasi dan kerja sama yang lebih erat antara kedua negara di masa mendatang.