KabarIndonesia.id — Pemerintah Indonesia resmi menerima pendanaan sebesar 60 juta dolar AS atau sekitar Rp994,68 miliar dari tiga mitra internasional untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Pendanaan ini diberikan oleh lembaga pembiayaan pembangunan Jerman (DEG), Prancis (PROPARCO), dan Standard Chartered Bank dari Inggris. Proyek ini dikembangkan oleh PLN Indonesia Power bersama ACWA Power, dengan kapasitas terpasang mencapai 92 megawatt peak (MWp).
“Ini bukan sekadar proyek pembangkit, tapi simbol kolaborasi lintas negara dan sektor untuk mempercepat transisi energi bersih,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam seremoni penandatanganan investasi di Jakarta, Selasa (6/5).
PLTS Terapung Saguling merupakan bagian dari inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP), kemitraan strategis antara Indonesia dan negara-negara mitra untuk mendukung target emisi nol karbon (Net Zero Emission) pada 2060. Proyek ini diproyeksikan mampu menurunkan emisi karbon hingga 63.100 ton per tahun dan menyumbang 13% dari produksi listrik tenaga surya nasional.
Airlangga menegaskan bahwa pemerintah terus membenahi regulasi, memberikan insentif, dan mendorong kemitraan publik-swasta untuk menciptakan iklim investasi hijau yang kondusif.
Dukungan terhadap proyek ini juga datang dari Duta Besar Prancis Fabien Penone dan Duta Besar Inggris Dominic Jermey. Keduanya menilai PLTS Terapung Saguling sebagai contoh nyata komitmen internasional terhadap transisi energi Indonesia.
Dominic Jermey menyebut, sekitar 20 proyek JETP lainnya sedang diproses dengan potensi pendanaan masing-masing sekitar 5 miliar dolar AS. Inggris juga menantikan penandatanganan jaminan JETP senilai 1 miliar dolar AS dalam waktu dekat.
Pendanaan proyek transisi energi Indonesia akan terus dimobilisasi oleh International Partners Group (IPG)—yang beranggotakan Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Norwegia, dan Uni Eropa—bekerja sama dengan Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). Pada 2025, Jerman dan Jepang akan memimpin IPG di Indonesia.
Melalui sinergi IPG dan lembaga keuangan seperti Standard Chartered, total pendanaan JETP Indonesia ditargetkan mencapai 20 miliar dolar AS.