KabarIndonesia.id — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi pada 8 hingga 9 Februari 2025. Berdasarkan laporan BMKG, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat dan angin kencang, yang dapat berujung pada bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat
BMKG mencatat bahwa beberapa provinsi berpotensi mengalami hujan lebat dengan intensitas tinggi, yang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori ini meliputi:
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Lampung
- Maluku
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Sulawesi Barat
- Sulawesi Selatan
- Bengkulu
- Kalimantan Selatan
- Sumatera Selatan
- Jambi
Hujan lebat di wilayah tersebut berpotensi meningkatkan debit air di sungai-sungai utama, memperbesar risiko banjir, serta memperlemah struktur tanah yang dapat memicu tanah longsor, khususnya di daerah perbukitan.
Wilayah Berpotensi Angin Kencang
Selain hujan lebat, BMKG juga memperingatkan adanya potensi angin kencang di beberapa daerah. Angin kencang ini berisiko merusak rumah, menumbangkan pohon, serta mengganggu aktivitas transportasi dan kelistrikan. Wilayah yang diperkirakan mengalami angin kencang meliputi:
- Bali
- Banten
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Kalimantan Selatan
- Kalimantan Tengah
- Kepulauan Riau
- Maluku
- Maluku Utara
- Nusa Tenggara Timur
- Nusa Tenggara Barat
- Papua Barat
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
Kecepatan angin yang tinggi dapat berdampak pada keselamatan penerbangan, pelayaran, dan aktivitas masyarakat yang bergantung pada kondisi cuaca.
Imbauan dan Langkah Mitigasi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Sejumlah langkah mitigasi perlu diterapkan guna mengurangi dampak yang ditimbulkan, antara lain:
- Pemantauan Infrastruktur: Pemerintah daerah diimbau untuk melakukan pemantauan terhadap kondisi tanggul, jembatan, dan drainase guna mengantisipasi luapan air sungai yang dapat menyebabkan banjir.
- Pembersihan Saluran Air: Pembersihan saluran air dan daerah aliran sungai (DAS) perlu dilakukan secara berkala untuk mencegah penyumbatan yang bisa memperparah banjir.
- Penyediaan Sarana Darurat: Pemerintah dan masyarakat disarankan menyiapkan pompa air, tempat penampungan air, serta peralatan darurat lainnya guna mengatasi kemungkinan terjadinya genangan air atau banjir bandang.
- Sosialisasi dan Edukasi: Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai tanda-tanda awal bencana hidrometeorologi sangat diperlukan. Pemerintah daerah, relawan, serta lembaga kebencanaan harus aktif melakukan sosialisasi mengenai prosedur evakuasi dan penanganan darurat.
- Penyiapan Lokasi Evakuasi: Pemerintah perlu memastikan lokasi evakuasi yang aman dan mudah diakses oleh masyarakat yang terdampak bencana. Selain itu, ketersediaan logistik, obat-obatan, dan kebutuhan pokok di posko pengungsian harus menjadi prioritas.
- Pemantauan Informasi Cuaca: Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG guna mengantisipasi perubahan kondisi cuaca secara cepat dan akurat.
Dampak dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Bencana hidrometeorologi dapat menimbulkan dampak serius bagi masyarakat, termasuk kerusakan infrastruktur, gangguan aktivitas ekonomi, serta risiko kesehatan akibat penyakit yang muncul pasca-banjir seperti diare, leptospirosis, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Oleh karena itu, selain peran pemerintah, partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam mengurangi risiko bencana.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan antara lain:
- Mengamankan barang-barang berharga dan dokumen penting di tempat yang lebih tinggi.
- Menyiapkan tas siaga bencana yang berisi perlengkapan darurat seperti obat-obatan, makanan siap saji, senter, dan pakaian cadangan.
- Menjalin koordinasi dengan pihak terkait, seperti BPBD, TNI, Polri, dan relawan kebencanaan, untuk mempercepat evakuasi jika diperlukan.
- Menghindari aktivitas di daerah rawan bencana, seperti bantaran sungai, lereng bukit curam, serta daerah pesisir yang berisiko terkena gelombang tinggi dan abrasi.
Bencana hidrometeorologi yang meliputi banjir, tanah longsor, dan angin kencang merupakan ancaman yang harus diwaspadai, terutama pada musim penghujan. Dengan meningkatnya potensi cuaca ekstrem pada awal Februari 2025, kesiapsiagaan dan mitigasi menjadi langkah utama dalam mengurangi dampak bencana.
BMKG dan BNPB mengimbau semua pihak, baik pemerintah daerah, lembaga terkait, maupun masyarakat, untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman ini. Dengan pemantauan informasi cuaca yang akurat, langkah mitigasi yang tepat, serta kesiapsiagaan yang optimal, diharapkan dampak bencana dapat diminimalisir dan keselamatan masyarakat tetap terjaga.