Kabarkalimantan.id — Banjir di Provinsi Kalimantan Barat semakin meluas, melanda empat wilayah sekaligus: Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Landak. Ribuan kepala keluarga harus menghadapi dampak bencana ini, sementara akses jalan dan fasilitas umum di sejumlah daerah terganggu.
Ketua Satgas Informasi BPBD Kalbar, Daniel, melaporkan bahwa banjir di Kabupaten Sambas menjadi salah satu yang paling terdampak. “Bencana banjir di Kabupaten Sambas mengakibatkan sebanyak 3.497 kepala keluarga (KK) atau 17.485 jiwa yang terdampak. Dua orang dilaporkan meninggal dunia,” ungkap Daniel pada Kamis (22/1/2025) pagi.
Selain itu, Kota Singkawang juga mengalami banjir yang merendam satu kecamatan dan enam kelurahan. Namun, BPBD Kalbar hingga kini masih melakukan proses verifikasi data untuk memastikan jumlah warga terdampak. “Kami terus mendata dan memastikan agar seluruh warga terdampak mendapatkan bantuan yang sesuai,” tambahnya.
Di Kabupaten Bengkayang, banjir melanda Kecamatan Ledo. Sebanyak 37 KK atau 229 jiwa terdampak akibat banjir di wilayah ini. Sementara itu, banjir di Kabupaten Landak terjadi di Kecamatan Menyuke, yang merendam sejumlah desa dan berdampak pada 2.524 KK atau 11.776 jiwa. Daniel menjelaskan bahwa kondisi di Kabupaten Landak adalah yang terparah di antara wilayah lainnya.
Menurut laporan BPBD Kalbar, banjir di Kabupaten Landak memutus akses jalan utama di Desa Darit dan Desa Ansang, Kecamatan Menyuke. Kondisi ini menyulitkan mobilitas warga dan upaya distribusi bantuan. Selain itu, sebuah sekolah dasar di wilayah tersebut turut terdampak, dengan ketinggian air yang mencapai 1-2 meter hingga masuk ke ruang kelas.
“Fasilitas pendidikan terganggu, dan anak-anak tidak bisa bersekolah dalam situasi seperti ini. Kami sedang berupaya membuka akses jalan yang terputus agar bantuan bisa segera sampai ke desa-desa yang terdampak parah,” jelas Daniel.
Kondisi banjir diperburuk dengan curah hujan tinggi yang diperkirakan masih akan terus berlangsung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Pontianak memprediksi bahwa potensi hujan lebat akan berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Hal ini meningkatkan risiko banjir susulan, terutama di daerah-daerah yang sudah mengalami genangan air tinggi.
Menghadapi situasi ini, BPBD Kalbar mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya bagi orang tua yang memiliki anak-anak. “Kami mengingatkan agar anak-anak tidak bermain di area banjir. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengancam keselamatan mereka,” tegas Daniel.
Selain itu, Daniel juga mendorong pemerintah kabupaten/kota yang terdampak banjir untuk segera menetapkan status tanggap darurat bencana. Dengan penetapan status ini, proses pengiriman logistik, peralatan, dan personel untuk membantu penanganan di wilayah bencana dapat dipercepat. “Kami berusaha memastikan semua daerah terdampak mendapatkan bantuan dengan segera dan tepat sasaran,” katanya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat saat ini sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat penanganan bencana. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan telah dikerahkan untuk membantu evakuasi warga serta distribusi bantuan logistik di wilayah terdampak.
Salah satu warga Desa Darit, Anton (45), mengungkapkan bahwa banjir yang terjadi tahun ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. “Air naik dengan cepat sejak semalam. Kami terpaksa mengungsi ke rumah saudara yang lebih tinggi. Barang-barang banyak yang tidak bisa diselamatkan,” tuturnya.
Bantuan logistik seperti makanan siap saji, air bersih, dan obat-obatan mulai didistribusikan ke beberapa titik pengungsian. Namun, akses jalan yang terputus membuat penyaluran bantuan ke wilayah terpencil menjadi tantangan tersendiri.
“Kami memprioritaskan wilayah yang aksesnya sulit dijangkau. Untuk itu, kami juga berkoordinasi dengan TNI-Polri agar bantuan bisa dikirim melalui jalur alternatif,” ujar seorang petugas BPBD yang bertugas di lapangan.
BMKG terus memantau perkembangan cuaca di wilayah Kalimantan Barat dan mengimbau warga untuk selalu memperhatikan informasi terkini terkait cuaca. “Potensi hujan lebat masih ada. Kami meminta masyarakat tetap siaga, terutama yang tinggal di daerah rawan banjir,” ujar perwakilan BMKG Pontianak.
Banjir yang melanda Kalimantan Barat tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengancam kehidupan ribuan orang. Diperlukan kerja sama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk menghadapi tantangan ini. Warga berharap agar penanganan banjir dapat segera dilakukan secara optimal sehingga aktivitas mereka dapat kembali normal.