KabarIndonesia.id – Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Usman Hamid gelar konser music pada peringatan ulang tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-30 di Gedung Usmar Ismail, Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2024.
Pada ajang HUT Ke-30 AJI Indonesia itu, Usman and The Blackstones memainkan lagu-lagu mereka secara live. Dari sekitar panggung, empat lagu yang mereka mainkan memukau penonton yang kebanyakan para jurnalis dan aktivis.
Usman yang masih menjabat sebagai Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Bersama bandnya The Blackstones menyanyikan lagu-lagu tentang desakan kepada Pemerintah dan DPR RI agar menuntaskan kasus kekerasan jurnalis dan penghilangan paksa para aktivis prodemokrasi pada 1997-1998.
Di hadapan para jurnalis dan aktivis itu, Usman And The Backstones tampil dengan lagu pembukanya berjudul “Sa Kong Sa” bercerita soal lagu itu dibuat karena kasus Sambo dan rusaknya penegakan hukum.
“Lagu ini kami persembahkan buat para jurnalis yang terbunuh dan mengalami kekerasan di Indonesia. Begitu jurnalis yang terbunuh di palestina, yang angkanya sudah encapai 156 orang,” kata dia.
Lagu kedua berjudul “Kemanakah” yang ditulis Usman Hamid dan Denny Setiawan ini juga dilantunkan Usman pada kesempatan itu. Beberapa bagian lirik di lagu tersebut berkisah tentang keluarga korban dari para aktivis yang diculik dan hilang pada 1997/1998.
“Lagu ini ditulis ketika saya mendampingi Dyah Sujirah atau Sipon untuk mencari keberadaan dan kejelasan suaminya, Wiji Thukul. Tapi ini juga tentang Tuti Koto, ibunda Yani Afri, atau Paian Siahaan yang mencari kejelasan nasib anak-anaknya yang diculik dan belum ditemukan hingga kini,” jelas Usman.
Kemudian lagu berjudul “Munir” juga cukup membuat penonton merinding karena intro lagu itu dimulai dengan suara paduan suara yang cukup mencekam dengan penampilan Usman yang mengalungi stand mic dengan syal save palestina sebagai symbol sebagai pembungkaman.
Lagu berjudul “Payung Hitam” yang diminta MC untuk tambah satu single lagi sebelum mereka turun panggung. Usman yang berpakaian serba hitam ini tampak menyatu dengan lirik lagu yang bercerita tentang Aksi Kamisan yang merupakan gerakan yang dilakukan sekelompok orang yang melakukan aksi damai setiap hari kamis dilakukan di seberang Istana Merdeka, Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.
Semasa pandemi, Usman memutuskan untuk membuat karya musik bersama sejumlah musisi sahabatnya. Berdiri pada awal 2023, band bergenre Rock ini terdiri dari Usman Hamid (vocal), Akbar Kelana (guitar), Dwi Yudha (guitar), Kiswinarko (bass), Estu Pradhana (keyboard), dan dan Vicky Risky (drum).
Lagu-lagu mereka bisa diakses pada digital streaming platform seperti Spotify, Apple Music di akun Usman and The Blacstones. Mereka telah melahirkan sembilan lagu dan berencana memproduksi karya mereka ke dalam bentuk vinil atau piringan hitam.
Profil Usman Hamid
Usman Hamid lahir pada tahun 1970-an di Indonesia. Dia memperoleh gelar dalam ilmu hukum dari Universitas Indonesia dan memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dalam bidang hak asasi manusia dan hukum internasional. Usman juga memiliki pendidikan lebih lanjut di luar negeri, termasuk di Inggris dan Australia.
Usman Hamid telah lama terlibat dalam berbagai kegiatan dan organisasi yang memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia. Salah satu peran awalnya yang paling menonjol adalah sebagai Koordinator Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), sebuah organisasi yang sangat dihormati di Indonesia dalam memerangi pelanggaran HAM.
Usman Hamid pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia. Dalam peran ini, ia memimpin berbagai kampanye dan inisiatif untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia, termasuk isu-isu terkait kebebasan berpendapat, hak-hak minoritas, dan kebebasan beragama.
Usman Hamid telah terlibat dalam berbagai kampanye penting di Indonesia, termasuk advokasi untuk keadilan bagi korban pelanggaran HAM di masa lalu, reformasi hukum dan keamanan, serta isu-isu terkait kebebasan sipil. Ia sering menjadi pembicara di forum-forum nasional dan internasional mengenai hak asasi manusia.
Usman Hamid telah dikenal sebagai salah satu suara paling berpengaruh dalam advokasi hak asasi manusia di Indonesia. Dia sering diwawancarai oleh media nasional dan internasional terkait pandangannya tentang berbagai isu HAM di Indonesia. Usman juga dikenal karena keberaniannya dalam berbicara melawan pelanggaran hak asasi manusia, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan risiko.
Usman Hamid telah berfokus pada berbagai isu HAM, termasuk kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, hak-hak perempuan dan anak, serta keadilan bagi korban kekerasan negara.
Penghargaan atas kontribusinya dalam memperjuangkan HAM, Usman Hamid telah menerima berbagai penghargaan dan pengakuan, baik di Indonesia maupun secara internasional.
Usman Hamid dikenal sebagai salah satu tokoh yang tidak kenal lelah dalam memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia di Indonesia.
Dia terus menjadi figur penting dalam upaya mengadvokasi perubahan positif di masyarakat, dan suaranya sering didengar dalam berbagai diskusi mengenai HAM di Indonesia.
Penghargaan HUT AJI Indonesia
Podcast Bocor Alus yang di produksi Tempo menerima penghargaan Udin Award dalam peringatan ulang tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-30 di Gedung Usmar Ismail, Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2024.
Menurut perwakilan Dewan Juri Erick Tanjung, Bocor Alus Tempo berani memberitakan isu sensitif yang signifikan bagi kepentingan publik. Itu salah satu pertimbangan tim dewan juri.
“Bocor Alus menginspirasi masyarakat untuk memperjuangkan kebebasan pers dan menjamin kebebasan berekspresi,” ujarnya.
Sedangkan SK Trimurti Award 2024 diberikan kepada Bunda Rully Mallay, Koordinator Waria Crisis Center Jogja. Ia mendapat penghargaan ini karena sudah mendedikasikan dirinya untuk advokasi kelompok minoritas gender.
Untuk Tasrif Award, ada dua peraih penghargaan ini, yaitu warga Rempang, Batam dan Hendrikus Woro, tokoh adat suku Awyu, Papua.
Untuk Student Award, sebuah penghargaan untuk pers mahasiswa, diberikan kepada Dian Amalia Ariani dari Suara Mahasiswa UI yang membuat karya jurnalistik berjudul, “Kami Yang Tak Sama, Juga Berhak Beragama”.
Ia dipilih sebagai yang terbaik dari 72 karya pers mahasiswa. Karya Dian memadukan keragaman gender dan moderasi keberagaman.
Tim juri juga memberikan dua penghargaan lain bagi pers mahasiswa, yaitu kepada Revina Annisa Fitri dari SKM Amanat UIN Walisongo dengan judul karya Dokumenter Patok Tanpa Dialog, Perjuangan Masyarakat Rawa Pening Melawan Patok dan Ancaman Penggusuran, serta Ahmad Arinal Haq dari Balairung UGM dengan judul karya Hidup Mati Setelah Relokasi.
Sedangkan juara favorit video direbut oleh AJI Jambi, AJI Banda Aceh, dan Aji Lhokseumawe. Masing-masing juara mendapat hadiah dalam bentuk uang tunai. (*)