KabarIndonesia.id — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa Indonesia dan Rusia memiliki prospek kerja sama investasi yang luas di berbagai sektor strategis, mencakup teknologi, pariwisata, kesehatan, hingga pendidikan.
Pernyataan tersebut disampaikan Airlangga saat menghadiri Plenary Session of Russia-Indonesia Business Forum bertajuk “Russia–Indonesia Strategy of Partnership”, yang digelar di Jakarta, Senin.
“Pertemuan ini diharapkan menghasilkan kesepakatan awal yang memanfaatkan kekuatan kedua negara, membuka jalan bagi investasi konkret di sektor energi terbarukan, teknologi, hingga manufaktur,” ujarnya.
Forum tersebut mempertemukan lebih dari 30 perusahaan asal Rusia, termasuk produsen solusi digital, industri makanan, peralatan khusus, hingga pelaku manufaktur lintas sektor. Acara ini diinisiasi oleh Yayasan Roscongress melalui Roscongress International dan bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Airlangga menyampaikan bahwa kemitraan antara Kadin Indonesia dan Roscongress Foundation merupakan kunci dalam menjawab kebutuhan dunia usaha di kedua negara secara nyata dan terukur.
Ia juga menyoroti peran vital Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi nasional dan penarik investasi strategis.
“Saat ini terdapat 25 KEK yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Terdiri atas 13 KEK Industri, 8 KEK Pariwisata, 3 KEK Digital, dan 1 KEK Aero Technic,” paparnya.
Melalui insentif fiskal dan fasilitas khusus, KEK diyakini mampu menjadi magnet investasi serta pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai penjuru Indonesia.
Airlangga menambahkan, hilirisasi industri menjadi salah satu pilar utama dalam strategi pertumbuhan ekonomi. Fokus diarahkan pada komoditas unggulan seperti nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, dan petrokimia.
“Hilirisasi memberi nilai tambah dalam negeri yang lebih besar, memperkuat daya saing global, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah,” katanya.
Selain sektor riil, transformasi digital juga ditempatkan sebagai penggerak utama perekonomian masa depan. Menurut Airlangga, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai hampir 1 triliun dolar AS pada tahun 2030.
Dengan penguatan kerangka Digital Economy Framework Agreement (DEFA), nilai kontribusi ekonomi digital ASEAN juga diproyeksikan melonjak dua kali lipat hingga 2 triliun dolar AS.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia, Denis Manturov, menyatakan keinginan Rusia untuk mempererat kemitraan strategis dengan Indonesia, terutama di sektor pertanian dan energi.
“Untuk menjamin kesinambungan kerja sama, kami berharap perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) dapat segera dirampungkan dan ditandatangani tahun ini,” ujar Manturov.