KabarIndonesia.id — Kementerian Agama resmi menyelenggarakan Uji Publik Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), sebuah inisiatif mutakhir dalam sistem pendidikan Islam yang dijadwalkan mulai diterapkan secara terbatas pada tahun ajaran 2025/2026.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menegaskan pentingnya mengembalikan pendidikan Islam ke khitahnya sebagai wahana menumbuhkan nilai cinta yang autentik dan mendasar.
“Masih kita jumpai ujaran kebencian yang justru berasal dari ranah pendidikan. Ini bukan sekadar isyarat, melainkan sinyal bahaya. Pendidikan seharusnya melahirkan insan yang damai dan berjiwa kasih,” ujar Suyitno dalam pernyataan resminya di Jakarta, Rabu.
Ia menuturkan, Kurikulum Berbasis Cinta hadir sebagai refleksi atas kegelisahan terhadap praktik pendidikan agama yang selama ini cenderung rigid, mengedepankan aspek dogmatis dan formalitas, namun luput menyentuh relung spiritualitas, nilai luhur, dan substansi kemanusiaan.
“Di mana ada cinta, di situlah kehidupan bersemi. Kita ingin anak-anak kembali merengkuh fitrah kemanusiaannya, yakni cinta yang murni sejak dini,” imbuhnya.
Kurikulum ini dirancang secara komprehensif untuk menginternalisasi lima bentuk cinta utama: cinta kepada Sang Pencipta, kepada sesama, terhadap alam semesta, kepada bangsa, serta cinta terhadap diri sendiri.
Guna menjamin keberhasilan implementasinya, Suyitno menggarisbawahi perlunya tiga prinsip esensial: guru yang mengajar dengan cinta, siswa yang belajar dengan cinta, dan orang tua yang membimbing dengan cinta.
“Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri. Harus terjalin simfoni kuat antara lembaga pendidikan, keluarga, dan komunitas,” katanya.
Kurikulum ini juga mengusung misi ekologis: membangun lingkungan belajar yang memancarkan nilai kasih dan welas asih. Aksi konkret seperti penanaman pohon dan pelestarian lingkungan hidup akan dijadikan bagian integral dari proses pembelajaran yang holistik dan berkelanjutan.