KabarIndonesia.id — Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, meninggal dunia pada usia 88 tahun, Senin (21/4) pukul 07.35 pagi waktu Vatikan. Kabar duka ini diumumkan oleh Kardinal Kevin Farrell melalui siaran resmi Vatican News.
“Hidupnya telah dibaktikan bagi melayani Tuhan dan Gereja. Beliau telah mengajarkan kita supaya hidup dengan nilai-nilai Injil dengan iman, keberanian, dan cinta kasih bagi semua, terutama kepada mereka yang paling miskin dan terpinggirkan,” ujar Kardinal Farrell dalam pernyataan resminya.
Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, adalah paus pertama yang berasal dari Amerika Latin. Ia dikenal luas karena gaya kepemimpinannya yang sederhana dan komitmennya terhadap isu-isu kemanusiaan, lingkungan hidup, serta reformasi dalam tubuh Gereja Katolik.
Sebelum wafat, kondisi kesehatan Paus Fransiskus diketahui sempat menurun drastis. Pada awal Februari 2025, ia dirawat di Rumah Sakit Gemelli karena bronkitis yang kemudian berkembang menjadi pneumonia bilateral pada pertengahan Februari. Setelah dirawat selama 38 hari, ia pulang ke kediamannya, namun kesehatannya terus menurun sejak saat itu.
Sebagai bagian dari persiapan menghadapi situasi darurat kesehatan, pada April 2024, Paus Fransiskus telah menyetujui pembaruan pada buku liturgi Ordo Exsequiarum Romani Pontificis yang mengatur tata cara pemakaman seorang paus. Edisi kedua buku tersebut mencakup prosedur baru terkait penanganan jasad, termasuk penempatan jenazah di kapel dan penyederhanaan prosesi pemakaman.
Uskup Agung Diego Ravelli, yang akan memimpin upacara pemakaman, menyatakan bahwa penyederhanaan tersebut merupakan permintaan langsung dari Paus Fransiskus sendiri.
Rencananya, misa pemakaman akan digelar di Basilika Santo Petrus dalam waktu dekat, dengan kehadiran para pemimpin gereja, kepala negara, dan umat Katolik dari seluruh dunia. Vatikan diperkirakan akan segera mengumumkan jadwal resmi serta prosesi pemakaman sesuai tradisi dan protokol Tahta Suci.
Kepergian Paus Fransiskus menandai berakhirnya era kepemimpinan yang penuh transformasi dan dedikasi terhadap kemanusiaan, perdamaian, serta dialog antaragama. Dunia kini menanti proses konklaf untuk memilih pengganti yang akan melanjutkan warisan pelayanan beliau bagi Gereja Katolik dan umat manusia.