KabarIndonesia.id – Sekjen Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFE) Universitas Hasanuddin, Mohammad Suaib Mappasila (MSM) menggelar launching dan diskusi bukunya, sekaligus meresmikan berdirinya “Rumah Mencatat Indonesia” (RMI) di Jakarta.
“Dengan momentum ini kami juga sekaligus meresmikan berdirinya Rumah Mencatat Indonesia sebagai wadah tempat berkumpulnya para talenta anak bangsa. Ini menjadi bentuk konkrit pengabdian masyarakat. Sebuah wadah yang dibangun dengan tujuan menjadi contoh social entrepreneurship di Indonesia,” kata Suaib dalam sambutan opening kegiatan launching dan talkshow buku bertajuk: “Mencatat Indonesia, Kompilasi Renungan Kebangsaan” di café Tjikini Lima, Jakarta, Rabu, 14 Agustus 2024.
Hadir dalam acara tersebut sejumlah teman sejawat dan kolega penulis dari berbagai profesi, baik dari komisi tiga DPR-RI termasuk sejumlah hakim agung dari MA yang selama ini menjadi mitra kerjanya.
Acara diskusi dan talkshow buku terbitan Pusat Riset dan Karir Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mulia Pratama Bekasi ini menghadirkan dua panelis Eva Kusuma Sundari (Konsultan GAD) dan Erlangga Pribadi, dosen FISIP Universitas Airlangga (Unair) yang juga Direktur Pol Brain Institute.
Disela-sela diskusi para peserta dihibur dengan lantunan irama keroncong lagu-lagu lawas bernuansa perjuangan dari grup J-Lo and Friends.
Menurut Suaib, aspek-aspek yang dikembangkan di Rumah Mencatat Indonesia (RMI) adalah pengembangan ekonomi kreatif, menumbuhkan bakat-bakat seni budaya, inovasi, dan orientasi pada hasil dan tindakan nyata.
“Intinya rumah perubahan diharapkan menjadi tempat melakukan banyak aktivitas. Untuk menikmati fasilitas-fasilitas tersebut, anak-anak yang datang tidak dipungut biaya. Kita harus menjadi bagian dari solusi,” tambah Suaib.
Sementara panelis Eva Kusuma Sundari mengharapkan RMI tidak hanya mencatat tapi juga berjuang. “Harus selalu memberikan propaganda yang menumbuhkan inklusifitas dan kesetaraan gender,” ujar mantan anggota DPR-RI dapil Jawa Timur yang kini di Partai Nasdem setelah sebelumnya berkarir di PDI Perjuangan.
Panelis lainnya, Airlangga Pribadi mengungkapkan politik ekonomi Indonesia saat ini belum maksimal menumbuhkan kesejahteraan masyarakat. “Ekonomi kerakyatan yang menjadi cita-cita para founding father kita adalah ekonomi kerakyatan yang berbasis gotong royong,” katanya.
Buku Mencatat Indonesia
Buku karya sang penulis Mohamad Suaib Mappasila (MSM) ini, kita disadarkan betapa luasnya cakrawala keindonesian kita. Bangsa besar dengan keanekaragaman sumber daya yang melimpah, pengetahuan yang terbentang, kultur dan local wisdom yang teramat kaya.
Sebagai seorang yang memiliki latar belakang aktivis mahasiswa dengan tradisi “critical thinking” yang cukup kuat, Suaib- begitu ia biasa dipanggil- dalam buku ini mencoba merekam dan mengangkat berbagai fenomena aktual dan menjadi perbincangan di ruang publik. Beragam. Ada topik sosial, ekonomi, kemasyarakatan, politik, hukum, ketatanegaraan dan lainnya.
Kemudian dibagian akhir Sekjen Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFE) Universitas Hasanuddin ini memberikan sentuhan perspekif yang membuat pembaca jadi paham secara utuh dan komprehensif. Terasa bertambah bobotnya, karena didukung data, bermacam regulasi dan referensi yang memadai.
Materi buku ini sebenarnya berupa kumpulan naskah yang disarikan dari sejumlah bahan hasil kompilasi “renungan kebangsaan” sang penulis yang pernah dimuat di rubrik opini beberapa media online nasional terkemuka, seperti diantaranya kompas.com.
Bahasan tentang konsep ekonomi yang ada dalam bagian dua buku ini misalnya, akan memperluas cakrawala pandang kita tentang betapa pentingnya penerapan nilai-nilai moral dan etika dalam kegiatan maupun aktivitas ekonomi. Termasuk mengedepankan keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan (sustainability). Suaib seakan mengkritik ekonomi kita yang cenderung liberal dan jauh dari semangat gotong royong sebagaimana diamanah UUD 1945.
Pada bagian lain buku ini. Ada catatan tentang geopolitik, pertahanan dan keamanan. Topik ini terasa menarik, karena sedikit keluar dari pakem yang selama ini dikenal kental dalam diri seorang Suaib. Sarjana ekonomi, banyak bergelut dalam aktivitas profesional.
Dalam beberapa bulan belakangan, perbincangan seputar agresi militer Israel terhadap bangsa Palestina terus bergulir di berbagai forum nasional maupun internasional. Aksi unjuk rasa dan demonstrasi terjadi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tercatat sudah banyak kali aksi bela Palestina digelar di sejumpah daerah di tanah air. Perbincangan tersebut mengarah pada soal ketimpangan hak dan keadilan bagi rakyat Palestina dalam berbagai dimensi.
Melalui buku ini Suaib telah menggiring dan memberikan sumbangan pandangan dalam upaya kita memahami konflik Israel-Palestina dalam bingkai kacamata kebijakan politik luar negeri Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia harus bisa menempatkan prinsipnya secara tepat dan proporsional di kancah politik internasional.
Dengan kehadiran buku ini, menurut saya, boleh dibilang Suaib telah menyadari bahwa ide, pikiran, dan gagasan tak cukup sekedar ditulis dan diketik. Tapi juga diakustik. Dan perpaduan keduanya melahirkan karya yang bernilai estetik.
Meskipun dalam buku ini, harus diakui, disana sini akan ditemui adanya beberapa pandangan yang mungkin sama atau berbeda, sepakat atau tidak sepakat. Karena itu Suaib sebagai penulis membuka ruang-ruang dialog. Dan inilah alasan, mengapa buku ini menarik didiskusikan. (*)