Rupiah Menguat 54 Poin Menjadi Rp15.803 per Dolar AS pada Selasa Pagi

Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS

KabarIndonesia.id — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencatatkan penguatan pada perdagangan Selasa pagi, 14 November 2024. Berdasarkan data transaksi antarbank di Jakarta, rupiah naik sebesar 54 poin atau sekitar 0,34 persen, menjadi Rp15.803 per dolar AS. Sebelumnya, pada Senin (13/11), rupiah ditutup pada posisi Rp15.857 per dolar AS.

Kenaikan ini menunjukkan stabilitas mata uang Indonesia di tengah berbagai faktor ekonomi yang memengaruhi pasar global dan domestik. Analis pasar mencatat bahwa penguatan rupiah pada hari ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, termasuk pengaruh kebijakan moneter global dan optimisme pasar terhadap perekonomian Indonesia.

Meskipun rupiah menguat pada pagi hari ini, nilai tukar masih berada pada kisaran yang relatif tinggi, mencerminkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi. Penguatan tersebut pun tidak lepas dari peran Bank Indonesia (BI) yang secara aktif mengintervensi pasar valuta asing untuk meredam volatilitas nilai tukar.

Menurut analisis yang dikeluarkan oleh ekonom senior, kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve yang terus berlanjut menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Pasar masih menghadapi ketidakpastian mengenai langkah-langkah kebijakan moneter yang akan diambil oleh bank sentral AS, yang dapat berdampak pada arus modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, tren penguatan rupiah pada Selasa pagi ini juga sejalan dengan meningkatnya harga komoditas global, yang memberikan angin segar bagi perekonomian Indonesia. Harga minyak dunia, yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia, tercatat mengalami kenaikan, memberikan dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Analis dari PT Bank Negara Indonesia (BNI), mengatakan bahwa penguatan rupiah ini merupakan reaksi pasar terhadap sejumlah faktor domestik dan internasional. “Meskipun kondisi global masih penuh ketidakpastian, rupiah menunjukkan daya tahan yang baik, didukung oleh sentimen positif terhadap perekonomian domestik,” ujarnya.

Selain itu, meningkatnya ekspor Indonesia juga turut memberikan kontribusi terhadap penguatan rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor Indonesia pada triwulan III 2024 menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, didorong oleh permintaan dari negara mitra dagang utama.

Di sisi lain, konsumsi domestik yang mulai pulih setelah dampak pandemi COVID-19 turut mendorong optimisme pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia. Sejumlah sektor industri yang terpengaruh langsung oleh konsumsi masyarakat, seperti perdagangan ritel dan sektor jasa, mulai menunjukkan pemulihan yang signifikan.

Namun, meskipun rupiah menguat pada hari ini, para ekonom memperingatkan bahwa ketidakpastian ekonomi global tetap dapat memberikan tekanan pada mata uang Indonesia ke depan. Terutama, dengan adanya potensi kenaikan lebih lanjut suku bunga oleh The Federal Reserve dan gejolak geopolitik yang dapat memengaruhi kestabilan pasar keuangan.

Ekonom lainnya dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Iskandar, menjelaskan bahwa penguatan rupiah dalam jangka pendek masih bergantung pada bagaimana pasar merespons kebijakan suku bunga AS dan perkembangan situasi geopolitik. “Tantangan terbesar bagi rupiah adalah arus keluar modal yang bisa meningkat seiring kebijakan moneter yang lebih ketat di negara maju,” ujarnya.

Sementara itu, data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia semakin mengecil, yang turut mendukung stabilitas rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu mengelola ketidakseimbangan neraca pembayaran dengan baik, meskipun ada tantangan dari sektor eksternal.

Peningkatan kinerja sektor manufaktur juga menjadi salah satu pendorong bagi penguatan mata uang Indonesia. Beberapa perusahaan manufaktur yang berorientasi ekspor tercatat memperoleh manfaat dari penguatan nilai tukar, yang mengurangi beban biaya impor bahan baku.

Penguatan rupiah juga mendapat dukungan dari investor domestik yang kembali menunjukkan kepercayaan diri mereka di pasar saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami lonjakan pada sesi perdagangan sebelumnya, yang mencerminkan optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, pasar masih menghadapi tantangan dalam hal inflasi yang diprediksi akan tetap berada pada level moderat di akhir tahun. Bank Indonesia memproyeksikan inflasi akan berada dalam kisaran target, namun beberapa faktor eksternal, seperti harga pangan global, dapat menyebabkan tekanan harga di dalam negeri.

Secara keseluruhan, meskipun ada ketidakpastian yang masih menghantui pasar global, penguatan rupiah pada Selasa pagi ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki daya tahan yang kuat. Dengan kebijakan moneter yang hati-hati dan reformasi struktural yang terus dijalankan, prospek jangka panjang bagi rupiah tetap optimis.

(Sumber: kabarjawa.com)