KabarIndonesia.id — Umar bin Khattab, yang memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail Ibn Abd al-‘Uzza Ibn Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn ‘Adiy Ibn Ka’ab Ibn Lu’aiy al-Qurasyiy al-‘Adawiy, adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam.
Sebagai khalifah kedua dalam Khulafaur Rasyidin, ia memainkan peran penting dalam perkembangan awal peradaban Islam dan penyebaran agama ini di seluruh dunia.
Umar dilahirkan di Makkah, 13 tahun setelah tahun Gajah (sekitar 584 M), dan berasal dari suku Quraisy yang pada awalnya dikenal sangat keras memusuhi ajaran Islam.
Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab adalah salah satu penentang utama ajaran Nabi Muhammad SAW. Ia dikenal sebagai sosok yang keras dan berani dalam menentang dakwah Islam.
Namun, kehidupan Umar berubah drastis setelah sebuah peristiwa penting yang terjadi pada tahun keenam kenabian, ketika Umar berusia 27 tahun.
Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam Tarikh al-Kulafa (1988), perubahan besar dalam hidup Umar terjadi ketika ia mendengar kabar bahwa adik kandungnya, Fatimah binti Khattab, bersama suaminya, telah memeluk Islam.
Tentu saja, Umar marah besar mendengar kabar tersebut. Ia bahkan sampai menampar adiknya, karena marah dan merasa bahwa keluarga dekatnya telah memilih jalan yang salah.
Namun, sebuah kejadian tak terduga terjadi ketika Umar menemukan sebuah lembaran yang berisi ayat-ayat dari Al-Qur’an, tepatnya ayat pertama surah Taha.
Membaca ayat tersebut, Umar merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hatinya. Hati yang keras seketika dilembutkan oleh pesan yang terkandung dalam wahyu Allah SWT.
Tergerak oleh pengalaman spiritual tersebut, Umar memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad SAW di rumah al-Arqam, tempat di mana Rasulullah dan para sahabatnya berkumpul untuk berdakwah.
Saat Umar datang ke sana, para sahabat yang berada di rumah itu merasa ketakutan, mengingat reputasi Umar yang sangat keras.
Namun, Nabi Muhammad SAW menyambut kedatangan Umar dengan sikap tenang dan bijaksana.
Nabi Muhammad SAW kemudian mendorong Umar untuk memeluk Islam, dan Umar pun langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, memeluk Islam, dan menjadi salah satu pilar utama dalam penyebaran dakwah Islam.
Sejak saat itu, Umar menjadi salah satu sahabat yang paling setia dan mendukung perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Dalam beberapa riwayat, Nabi Muhammad bahkan memberikan julukan “al-Faaruq” kepada Umar, yang berarti “Pembeda”, karena melalui Umar, Allah SWT memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kepemimpinan umat Islam dilanjutkan oleh Abu Bakar as-Siddiq, khalifah pertama.
Namun, masa kepemimpinan Abu Bakar tidak berlangsung lama, karena beliau jatuh sakit dan mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya.
Menurut H.M. Sholikhin dalam Sejarah Peradaban Islam (2005), dalam musyawarah yang digelar oleh para sahabat, Abu Bakar memutuskan untuk menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Abu Bakar menganggap Umar sebagai sosok yang paling layak untuk menggantikan kepemimpinan beliau karena kekuatan fisik, keberanian, dan kebijaksanaannya yang luar biasa.
Dalam sebuah pernyataan yang mirip dengan surat wasiat, Abu Bakar mengumumkan Umar sebagai khalifah kedua.
Setelah Abu Bakar wafat, Umar pun resmi diangkat sebagai khalifah dan mulai memimpin umat Islam pada tahun 634 M, setelah sebelumnya beliau telah memimpin sebagai sahabat Nabi yang sangat berperan dalam banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Umar bin Khattab memimpin umat Islam selama sekitar sepuluh tahun, dari 634 hingga 644 M. Di bawah kepemimpinannya, Islam mengalami ekspansi yang luar biasa.
Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Umar berhasil menaklukkan wilayah-wilayah besar, termasuk Persia dan wilayah-wilayah Romawi, serta mendirikan kekhalifahan yang sangat kuat.
Keberhasilan ini menunjukkan keteguhan hati Umar dalam memimpin dan memperjuangkan agama Islam.
Salah satu aspek yang menonjol dari kepemimpinan Umar adalah sifatnya yang sangat peduli terhadap kesejahteraan rakyat.
Ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat tegas dalam menegakkan hukum Islam, namun di sisi lain sangat peduli terhadap nasib rakyatnya.
Umar sering berkeliling ke berbagai wilayah, bahkan dengan berjalan kaki, untuk memeriksa langsung kondisi rakyatnya.
Ia memastikan bahwa rakyatnya mendapatkan hak-hak mereka dan tidak ada yang kelaparan atau terabaikan.
Umar juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia selalu mendengarkan masukan dari para sahabatnya, dan sering kali membuat keputusan-keputusan yang mencerminkan keadilan dan kepedulian terhadap sesama.
Pada tahun 644 M, Umar bin Khattab wafat setelah mengalami serangan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang budak Persia bernama Abu Lu’lu’ah.
Pembunuhan ini terjadi pada suatu pagi ketika Umar sedang salat di mihrab Masjid. Abu Lu’lu’ah menikam Umar dengan belati yang memiliki dua mata, menyebabkan beberapa luka yang sangat serius pada tubuh Umar.
Meskipun terluka parah, Umar tetap tegar dan meminta Abdurrahman bin Auf untuk melanjutkan salatnya. Setelah itu, Umar dilarikan ke rumahnya dan meninggal dunia beberapa hari kemudian, pada 25 Dzulhijjah 23 H.
Ia meninggalkan dunia setelah memimpin umat Islam selama sepuluh tahun, dan dikenal sebagai salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Islam.
Kisah Umar bin Khattab mengajarkan kita banyak hal, baik dalam hal kepemimpinan, keteladanan dalam dakwah, maupun dalam keteguhan dan keberaniannya dalam menegakkan kebenaran.
Berikut adalah beberapa teladan yang bisa kita ambil dari Umar bin Khattab:
- Loyalitas dalam berdakwah
Umar bin Khattab menunjukkan loyalitas dan kesetiaan yang tinggi dalam memperjuangkan agama Islam. Ia tidak hanya taat pada ajaran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga berkomitmen untuk menyebarkan Islam dengan penuh semangat. - Keberanian dalam menegakkan kebenaran
Umar dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Ia tidak takut untuk menegakkan kebenaran dan berani menghadapi berbagai tantangan yang mengancam agama Islam. - Pemimpin yang peduli dan bertanggung jawab
Sebagai khalifah, Umar bin Khattab selalu memperhatikan nasib rakyatnya. Ia sering berkeliling untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertindas atau terabaikan, menunjukkan betapa pedulinya ia terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Kepemimpinan Umar bin Khattab memberi teladan yang tak lekang oleh waktu bagi setiap pemimpin dan umat Islam dalam menjaga keadilan, keberanian, dan ketulusan hati dalam memperjuangkan kebenaran.
(Sumber: serambimuslim.com)