KabarIndonesia.id — Dinilai gagal memberikan layanan terbaik untuk jemaah haji oleh Kementerian Agama, Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan tersbut.
Irfan Setiaputra tidak menampik terkait adanya keterlambatan penerbangan pemberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci beberapa kali. Karena itu, ia berjanji pihaknya akan melakukan perbaikan.
“Soal performance ini kita sangat memahami dan kita menyampaikan permintaan maaf kita dan upaya kita untuk melakukan perbaikan,” ungkapnya dikutip dari CNN Indonesia, Rabu, (22/05).
Sementara terkait pelayanan yang diberikan kepada jemaah haji,
Sementara untuk keluhan pelayanan lainnya, Irfan menyebut, perusahaannya dipuji penumpang karena memberikan layanan baik.
“Saya tidak pernah mendengar keluhan soal layanan lain. Yang sampai ke saya justru malah pujian karena layanan Garuda untuk khususnya para lansia,” tegasnya.
Sebelumnya, Kementerian Agama menilai manajemen garuda gagal dalam memberikan layanan terbaik untuk jamaah haji karena masih terjadi keterlambatan penerbangan.
Kemenag mencatat selama sepekan penerbangan pemberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci terjadi keterlambatan penerbangan hingga 47,5 persen oleh Maskapai Garuda Indonesia.
Selain itu, Kemenag mencatat ada sejumlah persoalan pada penerbangan jemaah haji Indonesia yang sudah berlangsung sejak 12 Mei 2024.
Pertama, kerusakan mesin pesawat. Kejadian ini terjadi di Embarkasi Makassar. Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia mengeluarkan api pada saat take off penerbangan jemaah kelompok terbang (kloter) lima Embarkasi Makassar UPG-05).
Kedua, keterlambatan penerbangan. Ontime performance (OTP) Garuda Indonesia juga sangat buruk. Kemenag mencatat, prosentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5%.
Ketiga, pecah kloter. Perencanaan Garuda Indonesia juga meleset. Pecah kloter yang awalnya diperkirakan hanya akan terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali. Salah satunya pecah kloter dialami UPG-06 karena Garuda tidak bisa menggantikan pesawat yang mesinnya rusak dengan jenis pesawat yang sama
Keempat, tas kabin dan kursi roda jemaah tidak terbawa. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28). Ada 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terangkut. Akibatnya jemaah dan petugas mencari-cari setelah mereka mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.