KabarIndonesia.id — Hari lingkungan hidup sedunia diperingati, Senin, 05 Juni 2023 kemarin. Tahun ini, peringatan hari lingkungan hidup (World Environment Day) berfokus pada krisis polusi plastik dengan mengangkat tema melawan sampah plastik "Beat Plastic Pollution".
Sampah plastik memang masih menjadi momok besar bagi lingkungan dan ekosistem laut.
Dilansir dari laman United Nations Environment Program (UNEP) menyebutkan, manusia setiap tahunnya memproduksi sebanyak 430 juta ton plastik, dimana 2 per 3 diantaranya merupakan produk dengan jangka pendek yang segera menjadi limbah memenuhi lautan.
Head of the United Nations Environment Programme’s (UNEP’s) Life Cycle Initiative, Llorenç Milà i Canals mengungkapkan, banyak orang yang tidak menyadari dampak negatif dari penggunaan plastik bagi kesehatan dan lingkungan.
"Banyak orang tidak menyadari bahwa bahan yang tertanam dalam plastik yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari dapat berdampak signifikan tidak hanya pada satwa liar, tetapi juga pada iklim dan kesehatan manusia," ungkapnya dikutip dari laman UNEP yang diunggah 25 April 2023 lalu.
Sejalan, faktanya, UNEP menyebutkan, sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia setiap tahun sekitar 400 juta ton.
Memberikan kemudahan, terjangkau, tahan lama, dan fleksibel, plastik memenuhi kehidupan modern dan muncul dalam segala hal mulai dari kemasan, pakaian hingga produk kecantikan. Sayangnya, keberadaan produk plastik ini juga dibuang dalam skala besar, dimana setiap tahun, lebih dari 280 juta ton produk plastik berumur pendek menjadi limbah.
Diperkirakan, saat ini terdapat 75 hingga 199 juta ton plastik ditemukan di lautan.
Dilansir dari laman hepper.com, lebih dari 593.043.485 pon polusi plastik mengapung di permukaan laut.
Naasnya, hanya sekitar 1% dari semua polusi plastik di lautan yang ada di permukaan. 99% lainnya tetap berada di bawah permukaan.
Sementara itu, Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dikutip dari Katadata, volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton.
Dimana sampah plastik berada di urutan kedua atau 18,55% setelah sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%.
Berdasarkan data tahun 2021 lalu, Indonesia menjadi negara peringkat ke-5 penyumbang sampah plastik terbanyak di laut.
Menurut catatan World Population Review dilansir dari katadata, sampah plastik di laut Indonesia mencapai 56 ribu ton pada 2021. Di at atas Indonesia ada Cina dengan kontribusi terhadap sampah plastik mencapai 70 ribu ton.
Dampak Polusi Plastik di Laut
hepper.com menyebutkan, Setiap tahun, 1 juta burung laut mati akibat polusi plastik.Studi telah menunjukkan bahwa sekitar 60% dari semua burung laut telah mengkonsumsi plastik di beberapa titik.
Tak hanya itu, penelitian juga menunjukkan hampir 100% dari semua bayi penyu telah menelan plastik di beberapa titik dalam hidup mereka.
Data lainnya dijelaskan, 100% kerang memiliki mikroplastik di dalamnya. Selanjutnya karang yang bersentuhan dengan plastik memiliki peningkatan risiko dari 4% menjadi 89% terkena infeksi atau penyakit.
Bukan hanya hewan laut kecil yang rentan akibat tercemarnya laut dari limbah plastik, Paus Biru, juga rentan terbunuh karena tidak sengaja menelan polusi plastik.
Setidaknya ada 700 spesies hewan laut yang terancam punah akibat pencemaran plastik di lautan.
Bukan hanya pada biota laut, resiko cemaran sampah plastik juga dapat mengancam manusia sendiri.
Bahan kimia yang terdapat pada beberapa jenis plastik mampu merusak tubuh manusia atau hewan seperti penurunan kadar hormon dan merusak kemampuan reproduksi.
Beberapa bahan kimia yang ada dalam plastik dikenal sebagai karsinogen dan dapat menyebabkan kanker pada manusia dan hewan.
Diperkirakan manusia mengonsumsi sekitar 40 pon plastik seumur hidup.
Di AS, 93% orang yang diuji, termasuk anak-anak di atas usia 6 tahun, positif mengandung BPA, yang merupakan bentuk plastik.
Beat Plastic Pollutions
UNEP mengatakan, dari tahun 1970-an, laju produksi plastik tumbuh lebih cepat daripada bahan lainnya. Jika tren pertumbuhan historis berlanjut, produksi global plastik primer diperkirakan akan mencapai 1.100 juta ton pada tahun 2050.
Melalui postingan instagram, UNEP menegaskan, polusi plastik adalah masalah global. Untuk mengatasinya membutuhkan pendekatan global. Setiap orang memiliki peran untuk dimainkan.
1. Pemerintah
Pemerintah harus mendorong perubahan melalui komitmen untuk tindakan berkelanjutan, mendesain ulang peraturan, berinvestasi dalam infrastruktur yang tepat, dan banyak lagi.
2. Industri dan Bisnis
Produksi dan pengemasan plastik berbahaya harus didesain, terutama plastik sekali pakai. Perubahan cara produksi, konsumsi, dan pembuangan plastik lainnya juga harus diubah.
3. Perkotaan
Otoritas lokal dapat mendorong perubahan dengan memberlakukan undang-undang setempat, menawarkan insentif kepada bisnis, dan menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku konsumen yang berkelanjutan.
4. Keungan
Investor dapat memobilisasi keuangan dan menetapkan standar untuk menghilangkan produksi dan plastik yang tidak perlu, juga mendukung industri usaha untuk bergerak menuju ekonomi sirkular.
5. Individuals
Gunakan suara dan pilihan Anda untuk mendorong perubahan, mendorong perubahan sistematis yang diperlukan untuk bertransisi ke ekonomi yang tidak terlalu bergantung pada plastik.