Airlangga Targetkan Pendapatan Per Kapita 10 Ribu Dolar pada 2030

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. DOC: (INT)

KabarIndonesia.id — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan visi pemerintah untuk meratakan pendapatan per kapita nasional hingga mencapai 10 ribu dolar AS pada tahun 2030. Saat berbicara dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) 2024 di Jakarta, Minggu (1 /12/2024), Airlangga menekankan perlunya strategi bersama untuk mewujudkan target ambisi tersebut.

Saat ini, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia rata-rata masih berada di kisaran 5 ribu dolar AS. Namun, terdapat disparitas yang signifikan di berbagai wilayah. Airlangga mencatat beberapa daerah seperti Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tengah memiliki pendapatan per kapita yang jauh lebih tinggi, bahkan mencapai 20 ribu dolar AS.

“Hari ini PDB di Jakarta 20 ribu (dolar AS). Banyak daerah lain kalau kita bicara secara spasial seperti Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Tengah PDB kita sudah di atas 10 ribu,” ujarnya.

Pemerintah menyadari bahwa ketimpangan ini perlu segera diatasi untuk menghindari jebakan pendapatan menengah (middle income trap ), yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Airlangga, salah satu langkah strategi untuk meratakan pendapatan per kapita adalah dengan memperkuat kerja sama ekonomi digital melalui kerangka Digital Economy Framework Agreement (DEFA). Ia menjelaskan, ASEAN menjadi kawasan pertama di dunia yang menjadikan isu ekonomi digital sebagai fokus kerja sama multilateral, melampaui inisiatif serupa dari organisasi internasional seperti OECD, NAFTA, atau Uni Eropa.

“Dengan Digital Economy Framework Agreement, ekonomi digital ASEAN yang diproyeksikan sebesar 1 triliun dolar AS pada tahun 2030 dapat meningkat hingga 2 triliun dolar AS. Dari situ, Indonesia bisa menyumbang sebesar 600-800 miliar dolar AS,” kata Airlangga.

Kerangka kerja ini diharapkan dapat menciptakan peluang baru, terutama dalam perdagangan digital, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Selain ekonomi digital, pemerintah juga menyoroti pentingnya peningkatan pendidikan dan investasi. Airlangga menegaskan bahwa kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu kunci utama dalam mendorong daya saing Indonesia di tingkat global.

“Pemerintah yakin, kita bisa melakukannya dengan mendorong pemerataan, pendidikan, dan juga bagaimana kita membuka investasi, perdagangan, impor maupun ekspor,” tegasnya.

Dengan investasi yang merata di seluruh wilayah, pemerintah berharap dapat membuka lebih banyak peluang kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Meskipun langkah-langkah strategi telah dirancang, tantangan tetap ada. Ketimpangan infrastruktur, perbedaan akses terhadap pendidikan berkualitas, serta perbedaan tingkat keterbukaan investasi di berbagai daerah menjadi permasalahan yang perlu diatasi.

Dalam konteks ini, Airlangga mengajak semua pihak, termasuk Kadin, untuk berkontribusi dalam menciptakan pemerataan ekonomi. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mencapai target nasional tersebut.

“Itu tugas kita adalah bagaimana pemerataan PDB ini tidak hanya berbasis regional tetapi secara nasional,” ujarnya.

Pemerintah optimis bahwa melalui pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, Indonesia dapat mewujudkan pendapatan per kapita 10 ribu dolar AS secara merata pada tahun 2030. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia.

Pernyataan Airlangga bahwa pendapatan per kapita di beberapa wilayah sudah mencapai 20 ribu dolar AS didukung oleh data Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan bahwa Jakarta dan Kalimantan Timur memang memiliki PDB per kapita tertinggi di Indonesia. Namun, pemerataan perekonomian tetap menjadi tantangan karena sekitar 60% PDB nasional masih tersedia di Pulau Jawa.

Sementara itu, inisiatif DEFA yang diusung ASEAN telah mendapat perhatian internasional, termasuk dari OECD. Data menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi digital di Indonesia diproyeksikan terus meningkat seiring pertumbuhan pengguna internet dan ekosistem teknologi finansial (fintech).

Dalam hal pendidikan, laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa investasi di sektor ini masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia.

Target pemerataan pendapatan per kapita hingga 10 ribu dolar AS pada tahun 2030 merupakan langkah ambisius yang membutuhkan upaya kolektif. Pemerintah telah menunjukkan arah yang jelas melalui strategi digitalisasi, pendidikan, dan investasi. Namun penerapan kebijakan yang konsisten serta dukungan dari berbagai pihak akan sangat menentukan keberhasilan visi tersebut.

(Sumber: kabarjawa.com)