KabarIndonesia.id — Aksi bom bunuh diri kembali terjadi di sebuah gereja Katolik di Makassar, Gereja Kathedral Makassar yang berdiri sejak pada 1898 menghebohkan akibat dugaan bom bunuh diri yang terjadi pada pukul 10:28 Wita.
Peristiwa ini terjadi tepat di depan pintu gerbang masuk sebelah kanan gereja tertua di Indonesia, tepatnya di Jalan Kajaolalido Minggu (28/3).
Informasi yang diterima redaksi KabarMakassar.com jaringan KabarIndonesia.id jika ada sebuah motor yang tergeletak hangus terbakar dengan seorang pengendaranya yang juga sudah dalam kondisi meninggal akibat ledakan bom.
Tak hanya sebuah kendaraan motor, ada pula satu unit mobil yang terparkir dekat motor juga mengalami kerusakan akibat ledakan tersebut.
Ledakan diduga bom bunuh diri di Makassar dibenarkan oleh Pastor Gereja Katolik Katedral Makassar, Romo Wilhelmus Tulak.
Pastor Wilhelmus mengatakan, ledakan terjadi bertepatan dengan perayaan minggu palma bagi umat katolik. Beruntung ledakan terjadi pas ibadah sudah usai, sehingga tak ada jemaat yang jadi korban.
"Umat sudah pulang saat ledakan terjadi. Paginya ada ibadah minggu palma," ujar Wilhelmus saat dikonfirmasi, Minggu, (28/3).
Wilhelmus bercerita saat ledakan terjadi pihaknya sedang mempersiapkan misa lanjutan ke IV pada pukul 11.00 wita. Ledakan datang dari arah gerbang, dekat hotel Singgasana.
"Ledakannya sekali dan itu besar. Puji Tuhan saat itu kondisi gereja sepi karena umat sudah pulang, tapi kita sedang persiapan misa ke empat," jelasnya.
Pihak gereja kemudian terpaksa membatalkan ibadah misa lanjutan yang rencananya digelar hingga pukul 18.30 wita.
"Iya kita batalkan ibadah misa lanjutan sampai betul kondusif," tuturnya.
Romo Wilhelmus mengatakan kondisi saat ini sudah kondusif. Pihak pengamanan juga sudah berjaga di lokasi.
Ia minta semua pihak untuk tetap tenang dan berdoa. Kondisi gereja juga disebutnya aman dari ledakan. Tak ada kerusakan.
Diketahui, ledakan dahsyat terjadi di dekat gerbang gereja Katolik Katedral Makassar, Minggu pagi. Ada korban jiwa dari peristiwa ini.
Pada rekaman CCTV yang beredar, pelaku bunuh diri diketahui mengendarai motor. Belum sampai gereja, bom sudah meledak.
Sejarah Gereja Kathedral Makassar
Gereja Katedral Makassar dulunya bernama Gereja Katedral Ujung Pandang, dan resminya bernama Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus. Gedung gereja ini menjadi bagian sejarah kota Makassar karena bangunannya didirikan tahun 1898 pada permulaan tahap kedua kehadiran Gereja Katolik di Makassar.
Dimana gereja ini di Arsiteki seorang perwira zeni yang bernama swartbol. Setelah diselesaikan pondasi tembol perwira itu berangkat ke Eropa. Penggantinya ialah S.Fischer, seorang ahli pengairan. Tetapi beberapa kali dirombak pekerjaan karena ia tidak tahu banyak mengenai arsitektur gotik sebagaimana digambar Swartbol.
Seorang cina bernama Thio A Tek menjadi pemborong dan pelaksana pekerjaan pembangunan. Pembangunan ditunda beberapa bulan karena rangka jendela dari besi tidak kunjung tiba dari Nederland. Tetapi akhirnya setelah kosijn besi tiba, langsung dipasang di lobang jendela yang sudah disiapkan lebih dulu dan waktu satu bulan gedung selesai, dengan menara kecil dari besi dan 20 menara mini sebagai perhiasan di pinggir atap.
Pada tahun 1923, seorang dermawan Mr.Scharpff menghadiahkan tiga buah lonceng dan dipasang dimenara besi yang besar, disebelah selatan gereja.
Namun sebelumnya ada tiga orang pastor yang pertama tiba pada tahun 1525 di kota Makassar adalah misionaris dari negara Portugal, yaitu Pastor Antonio do Reis, Cosmas de Annunciacio, Bernardinode Marvao, dan seorang bruder. Namun baru pada 1548 Pastor Vincente Viegas datang dari Malaka dan ditugasi di Makassar. Di sana dia melayani para saudara Portugis yang Katolik serta beberapa raja dan bangsawan Sulawesi Selatan yang juga telah dibaptis menjadi Katolik.
Raja Gowa yang pertama memeluk Islam, yaitu Sultan Alauddin (1591–1638 serta beberapa raja penggantinya memberikan kebebasan kepada umat Katolik untuk mendirikan Gereja pada 1633.
Namun gejolak politik antara VOC dan orang-orang Portugis menyebabkan para rohaniwan Portugis tersingkir dari Makassar. Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia 19 Agustus 1660) menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar (1661). Sultan mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis. Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668. Sejak itu selama 225 tahun, tidak ada pastor yang menetap di Makassar. Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka.
Pada 1892, Pastor Aselbergs, SJ, dipindahkan dari Larantuka menjadi Pastor Stasi Makassar (7 September 1892) dan tinggal di suatu rumah mewah di Heerenweg (kini Jalan Hasanuddin). Pada 1895 dibelilah sebidang tanah dan rumah di Komedistraat (kini Jl. Kajaolalido), lokasi gedung gereja sekarang. Gereja dibangun pada tahun 1898 selesai 1900; direnovasi dan diperluas pada tahun 1939, selesai pada 1941 dengan bentuk seperti saat ini.
Pada 13 April 1937 wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara dijadikan Prefektur Apostolik Makassar oleh Sri Paus di Roma, dan dipercayakan kepada misionaris CICM, dengan Mgr. Martens sebagai prefek. Pada tanggal 13 Mei 1948 menjadi Vikariat Apostolik Makassar, dan tanggal 3 Januari 1961 menjadi Keuskupan Agung Makassar.