KabarIndonesia.id — Sejak Mei 2023, kasus Antraks kembali merebak di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dilaporkan total 125 orang diberikan pengobatan dan 85 diantaranya terkonfirmasi seropositif antraks (pernah terpapar antraks, tapi gejala klinis tidak nampak) berdasarkan hasil tes serologi.
“Jadi 87 orang itu adalah yang seropositif tanpa gejala. Oleh karena itu tidak bisa kita masukan ke dalam katagori positif antraks, dan inilah orang-orang yang akan diberikan pengobatan profilaksis,” Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Imran Pambudi, Kamis, (06/07) lalu.
Ikhwal penyebaran wabah ini diketahui setelah salah satu warga Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) berusia 73 tahun meninggal pada 04 Juli 2023 lalu, akibat mengonsumsi dagi sapi yang mati karena sakit.
Kemenkes telah mengeluarkan surat edaran bagi semua Dinas Kesehatan dan fasilitas kesehatan di DI Yogyakarta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian antraks pada manusia dan mengantisipasi penyebaran antraks ke daerah lain.
Untuk diketahui, Antraks adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, yang dapat menular ke manusia.
Bakteri penyebab antraks ini apabila kontak dengan udara akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia tertentu. Spora ini dapat bertahan sampai lebih dari 40 tahun di tanah.
Spora Antraks dapat menular ke hewan ternak dan manusia bisa terinfeksi jika mengkonsumsi hewan ternak tersebut dan juga dapat langsung masuk ke tubuh manusia lewat luka pada tubuh.