Bambang Patijaya Soroti Transformasi Sektor Pertambangan Berkelanjutan

Anggota Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya saat menyampaikan pidato pembuka dalam acara Indonesia Mining Summit 2024 di Jakarta. DOC: (ANTARA)

KabarIndonesia.id — Anggota Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, menyoroti pentingnya transformasi sektor pertambangan Indonesia melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, pemberdayaan masyarakat lokal, tata kelola berbasis prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), serta efisiensi ekonomi jangka panjang.

Dalam pidatonya pada acara Indonesia Mining Summit 2024 yang digelar di Jakarta pada Rabu (04/12/2024), Bambang menguraikan berbagai strategi untuk mewujudkan pertambangan yang berkelanjutan, sejalan dengan target Indonesia mencapai emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060.

Bambang menekankan bahwa sektor pertambangan harus mengikuti jalur yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan teknologi dan digitalisasi dalam rangka industrialisasi.

“Kita ingin teknologi, kita ingin digitalisasi itu berorientasi berkelanjutan dengan industrialisasi,” ujar Bambang. Dalam pandangannya, teknologi ramah lingkungan bukan hanya menjadi pilihan, melainkan suatu keharusan untuk memitigasi dampak kerusakan biodiversitas dan memastikan keberlanjutan ekosistem setelah aktivitas tambang berakhir.

Selain itu, Bambang juga menyoroti pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal sebagai bagian dari strategi untuk mencapai pertambangan berkelanjutan.

Menurutnya, pemberdayaan tersebut harus mencakup peningkatan kapasitas sumber daya manusia lokal, penciptaan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan, serta program-program bantuan sosial yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat di sekitar wilayah tambang.

Dengan memberdayakan masyarakat lokal, diharapkan mereka dapat lebih mandiri dan tidak tergantung pada kegiatan tambang sebagai satu-satunya sumber penghidupan.

Bambang menekankan bahwa sektor pertambangan juga harus mampu memberikan manfaat yang lebih luas, tidak hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk masyarakat dan lingkungan.

Dalam hal ini, sektor pertambangan diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan lokal, sembari tetap menjaga keberlanjutan lingkungan.

Oleh karena itu, Bambang menilai pentingnya investasi yang membawa dampak nyata bagi masyarakat sekitar, baik dalam bentuk peningkatan kualitas hidup maupun dalam menciptakan peluang ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan.

Namun, Bambang juga menyadari bahwa untuk mewujudkan sektor pertambangan yang berkelanjutan, masih terdapat sejumlah tantangan besar yang harus dihadapi.

Tantangan pertama adalah kebutuhan investasi yang sangat besar untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan.

Bambang mencatat bahwa hal ini menjadi hambatan utama, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah yang mungkin tidak memiliki cukup sumber daya untuk melakukan investasi besar dalam teknologi tersebut.

Tantangan kedua adalah adanya potensi konflik sosial dan lingkungan, yang seringkali muncul, terutama terkait dengan hak masyarakat adat serta dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan.

Bambang menegaskan pentingnya untuk mengelola konflik tersebut dengan pendekatan yang bijaksana, termasuk memastikan adanya konsultasi yang melibatkan seluruh pihak terkait dan memastikan hak-hak masyarakat adat serta perlindungan terhadap lingkungan tetap terjaga.

Tantangan ketiga berkaitan dengan persyaratan ketat mengenai prinsip ESG dari lembaga pembiayaan, baik nasional maupun internasional.

Perusahaan yang tidak memenuhi standar ESG ini sering kali kesulitan untuk mendapatkan pendanaan, yang tentunya menghambat upaya mereka untuk melakukan transisi menuju praktik pertambangan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Tantangan keempat adalah ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah. Meskipun kebijakan larangan ekspor bahan mentah, yang diterapkan sejak 2021, telah membantu mengurangi ketergantungan ini, Bambang menilai bahwa Indonesia masih perlu melanjutkan upaya hilirisasi produk pertambangan agar dapat meningkatkan nilai tambah dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari sektor ini.

Tantangan kelima adalah dinamika geopolitik yang tidak menentu, yang dapat memengaruhi pasokan sumber daya dan stabilitas ekonomi global.

Bambang menilai bahwa ketegangan geopolitik dapat berpotensi mengganggu pasokan bahan baku penting seperti nikel dan tembaga, yang sangat dibutuhkan dalam transisi energi global.

Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas dalam pasokan sumber daya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidakpastian yang ada.

Meskipun dihadapkan dengan tantangan-tantangan tersebut, Bambang tetap melihat peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok global transisi energi.

Meningkatnya permintaan global terhadap komoditas seperti nikel, tembaga, dan bahan baku baterai memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk mengukir peran penting dalam transisi energi yang sedang berlangsung di dunia.

Sebagai salah satu produsen utama nikel di dunia, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara yang berkomitmen untuk menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dalam pengembangan energi terbarukan, khususnya baterai kendaraan listrik yang sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Dalam sesi pertama diskusi bertajuk “The Innovation: Strategic Policy and Framework for Mining Exploration for Economic Continuity,”

Bambang juga menyoroti pentingnya sinergi antara hilirisasi dan eksplorasi dalam mengoptimalkan potensi pertambangan Indonesia.

Menurutnya, Indonesia harus beralih dari sekadar menjadi pemasok bahan mentah menuju peran yang lebih strategis, yakni menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global untuk berbagai komoditas mineral yang dibutuhkan dalam transisi energi.

“Kita harus beralih, dari yang tadinya sekadar pemasok, kini menjadi pemain kunci dalam rantai global,” tegas Bambang.

Dengan mengembangkan sektor hilirisasi, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan nilai tambah komoditas pertambangannya, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di tingkat global.

(Sumber: kabarkalimantan.id)