KabarIndonesia.id — Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif.
Berkebalikan dengan Jepang yang mengalami defisit demografi. Mengutip dari laman channelnewsasia.com, pada Senin 23 Januari 2023 lalu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjanji untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna mengatasi tingkat kelahiran yang menurun di negara itu.
Penurunan populasi di Jepang menyumbang konsekuensi di beberapa bidang seperti sosial, ekonomi ketersediaan tenaga kerja, kesehatan.
Peluang inilah yang dilihat oleh Yayasan Shin Indonesia yang memberikan pelatihan bahasa Jepang dan mereka yang lulus diberikan kesempatan untuk magang di Jepang selama 3-5 tahun.
“Karena membutuhkan specific skill worker atau pekerja dengan keahlian khusus,” kata Syamsuri, pemimpin Yayasan Shin Indonesia. Yayasan Shin Indonesia berdiri sejak 2015.
Sebagaimana data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,36 juta jiwa pada Juni 2022.
Dari jumlah tersebut, ada 190,83 juta jiwa (69,3%) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif (15-64 tahun). Terdapat pula 84,53 juta jiwa (30,7%) penduduk yang masuk kategori usia tidak produktif.
Politikus Partai Amanat Nasional asal Palopo, Sulawesi Selatan, Abduh Bakry Pabe mengatakan, peluang ini semestinya dimanfaatkan oleh kaum millennial di Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian mereka sehingga problem bonus demografi bisa diatasi.
“Biar Indonesia memiliki SDM yang mumpuni dan memiliki keahlian yang bisa digunakan untuk kemajuan bangsa,” kata Abduh, yang juga Ketua DPD PAN Palopo.
Di sisi lain Jepang juga bisa memanfaatkan tenaga-tenaga ahli di Indonesia yang dilatih di Jepang untuk mengisi kekosongan SDM akibat kondisi minus demografi.