KabarIndonesia.id–Meningalnya dalang kondang asal Yogyakarta, Ki Seno Nugroho menjadi perhatian pembaca selama sepekan ini. Ki Seno meninggal di usia 48 tahun karena penyumbangan pembuluh darah jantung.
Admin dan manajer Ki Seno, Gunawan Widagdo menceritakan dalang kenaaman itu pada Selasa (3/11) sore sempat bersepeda bersama salah seorang warga Dusun Gayam, tempat tinggal Ki Seno. Saat itu Ki Seno sudah merasakan sakit hingga harus dijemput warga untuk bisa sampai di rumahnya.
"Selasa (3/11) sore habis olahraga jam 4 sore bersepeda sama temannya Pak Seno, warga sini. Itu di tengah jalan sebelum mau pulang sudah berasa sakit sampai dijemput oleh warga sini," kata Gunawan saat ditemui di rumah duka, Rabu (4/11).
Kemudian, setelah maghrib Ki Seno kembali merasa sakit hingga akhirnya harus dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Gamping. Saat masuk UGD, Seno diketahui masih sadarkan diri.
"Sore sesudah maghrib itu sudah berasa sakit sampai muntah-muntah lalu kita antar sama Ibu Agnes (istrinya) ke RS PKU Muhammadiyah Gamping sampai di sana masuk UGD masih sadar," ungkapnya.
Kondisi Ki Seno kemudian semakin memburuk dan dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Ki Seno akhirnya mengembuskan napas terakhir karena terjadi penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Ki Seno meninggal pukul 22.15 WIB.
"Terus dipindah ke ICCU, di sana keadaannya semakin memburuk sampai mutah-mutah, akhirnya ada penyumbatan pada pembuluh darah jantung itu 100 persen penyumbatannya sehingga menyebabkan Pak Seno meninggal dunia sekitar jam 22.15 WIB," ucapnya.
Gunawan menuturkan sebelumnya Ki Seno sudah sempat masuk ke rumah sakit. Keluhannya juga sama yaitu soal jantung.
"Keluhan itu ada sebelumnya sudah masuk rumah sakit PKU Gamping itu masih bisa tertolong. Itu kejadiannya sekitar 2 bulan yang lalu," ungkapnya.
"Dicek sama dokter jantungnya normal, itu hanya penggumpalan sel darah, dan diberi obat sudah lancar dan diperbolehkan pulang kemudian kita wayang climen sampai dua bulan hingga hari ini sampai tanggal 2 November masih climen, tanggal 3 November libur," sambungnya.
Menurutnya, Ki Seno sebelumnya sudah merasakan nyeri, selain itu dia juga punya penyakit asam lambung. Orang dekat Ki Seno pun sudah pernah meminta untuk berhenti merokok.
"Sudah merasa nyeri tiga hari berikutnya. Punya penyakit asam lambung juga. Dulu sempat berhenti merokok juga," pungkasnya.
Jenazah Ki Seno dimakamkan di Semaki Gede, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tampak dalam prosesi pemakaman itu dua wayang kulit berwarna hitam ikut dikuburkan, yakni tokoh pewayangan Bagong dan Bima. Terlihat keluarga almarhum berdiri di pinggir pusara saat pemakaman.
Bima adalah tokoh pewayangan yang dipersonifikasikan pada diri Ki Seno. Seno adalah nama lain dari tokoh Bima, sedangkan tokoh Bagong selama ini dikenal luas sebagai tokoh punakawan yang paling sering dipakai Ki Seno untuk menyampaikan pesan-pesan dan pencair suasana di panggung.
"Dikuburkan satu liang dengan ayahnya. (Ki Seno) anak keempat dari lima bersaudara," kata Paulina saat ditemui di lokasi pemakaman, Rabu (4/11).
Dipuji Banyak Orang Sebagai Dalang Cerdas
Prestasi Ki Seno Nugroho sebagai dalang akan sulit disamai oleh dalang lain. Ki Seno meninggal saat sedang berada di puncak karir.
Adik Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, GBPH Yudhaningrat, merasa kehilangan sosok Ki Seno yang dikenal sebagai dalang cerdas.
"Saya melihat Mas Seno itu sebagai dalang yang cerdas, pandai untuk me-manage (mengatur) kegiatannya," kata Yudhaningrat saat ditemui wartawan di tempat pemakaman Semaki Gede, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Rabu (4/11).
Yudhaningrat mengaku kerap menanggap wayang yang dibawakan Ki Seno. Pementasan wayang kulit Ki Seno pun dinilai selalu punya ciri khas dan tidak monoton.
"Beliau memang saking cerdasnya itu kalau ndalang hanya gitu-gitu saja sudah bisa ketebak penonton. Sehingga, beliaunya juga sering ada lakon lain sesuai dengan permintaan yang nanggap. Itu lain. Kalau saya ndak berani keluar dari pakem yang ada. Hanya kita tambahi, kita olah lagi lakon-lakon yang saya haturkan ke Mas Seno," urai Yudhaningrat.