KabarIndonesia.id — Bank Indonesia (BI) resmi memperpanjang kebijakan tarif Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan kebijakan terkait Kartu Kredit (KK) hingga 30 Juni 2025. Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November 2024 yang berlangsung pada Rabu (20/11/2024) di Jakarta.
Gubernur BI menjelaskan bahwa kebijakan tarif SKNBI tetap diberlakukan dengan tarif yang terjangkau, yaitu Rp1 dari BI ke bank. Sementara itu, bank akan mengenakan tarif maksimum sebesar Rp2.900 kepada nasabah untuk transaksi melalui sistem kliring ini. Tarif yang tetap rendah ini bertujuan untuk mempermudah aliran transaksi keuangan antarbank dan menjaga efisiensi sistem pembayaran nasional.
Selain tarif SKNBI, kebijakan terkait kartu kredit juga tetap diberlakukan dengan beberapa penyesuaian. Salah satunya adalah ketentuan batas minimum pembayaran oleh pemegang kartu kredit, yang ditetapkan sebesar 5 persen dari total tagihan. Kebijakan ini bertujuan untuk membantu pemegang kartu kredit dalam mengelola kewajiban mereka dengan lebih baik, serta mencegah terjadinya tumpukan utang yang berlebihan.
Sementara itu, untuk denda keterlambatan pembayaran kartu kredit, BI menetapkan batas maksimum satu persen dari total tagihan, dengan ketentuan bahwa jumlah denda tersebut tidak boleh melebihi Rp100.000. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan perlindungan lebih bagi konsumen dan menciptakan sistem pembayaran yang lebih transparan dan adil.
Perry menambahkan, kebijakan ini merupakan bagian dari upaya BI untuk mendukung stabilitas sistem pembayaran serta memperkuat sektor perbankan dalam mengelola transaksi keuangan. Dengan memperpanjang kebijakan tarif SKNBI dan kartu kredit, BI berharap dapat memfasilitasi kemudahan transaksi bagi masyarakat, sekaligus mengoptimalkan efisiensi dalam sistem pembayaran.
Lebih lanjut, Perry menjelaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang diterapkan oleh BI untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Kebijakan tersebut juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Dalam konferensi pers tersebut, Perry juga mengungkapkan pentingnya kebijakan operasional moneter yang lebih proaktif untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Mengingat tantangan ekonomi global yang semakin kompleks, BI berfokus pada langkah-langkah strategis yang dapat menarik aliran modal asing yang berkelanjutan ke Indonesia.
Perry menjelaskan bahwa untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah, BI akan melanjutkan penguatan operasi moneter pro-market. Kebijakan ini mencakup optimalisasi instrumen-instrumen moneter seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Instrumen-instrumen tersebut dirancang untuk meningkatkan daya tarik pasar domestik bagi investor asing, sekaligus memperkuat posisi nilai tukar rupiah. Dengan menarik aliran modal asing, BI berharap dapat meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung stabilitas pasar keuangan domestik.
Selain itu, BI juga akan memperkuat struktur suku bunga instrumen moneter untuk menarik aliran portofolio asing. Penguatan struktur suku bunga ini penting untuk menarik perhatian investor asing dan meningkatkan permintaan terhadap aset keuangan Indonesia. Hal ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif pada perekonomian domestik melalui peningkatan investasi asing.
BI juga mengungkapkan bahwa mereka akan terus memperkuat strategi transaksi melalui term-repo dan swap valas yang kompetitif. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar valas dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, transaksi ini akan membantu mengelola cadangan devisa negara dengan lebih efisien.
Perry menekankan pentingnya peran Primary Dealer (PD) dalam memperkuat transaksi SRBI di pasar sekunder. PD diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi dan mendukung kelancaran pasar surat berharga negara. Ini akan membantu memperluas kesempatan bagi investor domestik dan asing untuk berpartisipasi dalam pasar sekunder Indonesia.
Melalui kebijakan ini, BI juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pasar keuangan domestik, dengan memberikan lebih banyak opsi bagi pelaku pasar untuk berinvestasi. Ini adalah langkah penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, di mana sektor keuangan berperan sebagai pilar utama.
Kebijakan ini juga diharapkan dapat memperkuat daya saing Indonesia di pasar global, dengan menarik lebih banyak investasi asing yang akan mendukung pengembangan sektor riil dan infrastruktur. Selain itu, langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada peningkatan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.
Perry menjelaskan bahwa stabilitas ekonomi Indonesia sangat bergantung pada kebijakan yang diterapkan oleh BI untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kestabilan nilai tukar. Dalam hal ini, BI berkomitmen untuk terus memantau dan menyesuaikan kebijakan sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan domestik.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, BI juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya untuk memastikan kebijakan yang diterapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Kebijakan yang proaktif dan terkoordinasi antara berbagai lembaga akan mempercepat proses pemulihan ekonomi dan menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih baik di masa depan.
Dengan kebijakan tarif SKNBI yang terjangkau dan tarif kartu kredit yang lebih menguntungkan, BI berharap dapat meningkatkan inklusi keuangan dan memperkuat sektor perbankan Indonesia. Melalui upaya ini, BI berharap dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam menggunakan sistem pembayaran elektronik dan mengurangi ketergantungan pada transaksi tunai.
BI juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi risiko yang dapat timbul dari penggunaan kartu kredit, seperti keterlambatan pembayaran yang dapat menambah beban finansial. Oleh karena itu, edukasi tentang pengelolaan keuangan dan penggunaan kartu kredit secara bijak sangat penting untuk mencegah terjadinya masalah keuangan.
Perry menambahkan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari upaya Bank Indonesia untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan mendukung ekosistem digital dan inovasi teknologi, BI berharap Indonesia dapat menjadi pemain utama di pasar keuangan digital global.
Melalui kebijakan-kebijakan ini, BI berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas perekonomian Indonesia dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi. Dengan mengoptimalkan kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, BI berharap dapat memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berkelanjutan di masa depan.
(Sumber: kabarjawa.com)