KabarIndonesia.id — Penerbitan obligasi hijau oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menjadi salah satu langkah penting dalam mendorong pembiayaan berkelanjutan di Indonesia. Langkah ini mendapat perhatian positif dari berbagai pihak, termasuk analis pasar, yang melihat potensi besar bagi sektor perbankan Indonesia untuk mengikuti jejak BNI dalam mendorong ekonomi hijau.
Abdul Azis, Analis dari Kiwoom Sekuritas, menyatakan bahwa keberhasilan BNI dalam melaksanakan penerbitan obligasi hijau dengan nilai sebesar Rp5 triliun dapat menjadi contoh dan acuan bagi perbankan Indonesia. Menurut Azis, tingginya minat terhadap obligasi ini, yang tercatat oversubscribed hingga empat kali, menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap potensi pasar pembiayaan berkelanjutan di tanah air.
“Saat penerbitan obligasi hijau, permintaan yang melebihi kuota sebanyak empat kali mencerminkan minat yang sangat besar dari investor. Ini adalah indikasi bahwa ada harapan besar dari pasar terhadap pembiayaan berkelanjutan yang digagas oleh BNI,” kata Azis dalam keterangan resminya, Pada Hari Selasa (12/11/2024)). Azis menjelaskan bahwa obligasi hijau BNI menjadi salah satu instrumen yang efektif dalam mendanai proyek-proyek ramah lingkungan yang mendukung upaya pencapaian target perubahan iklim global.
Sejak penerbitan, BNI telah berhasil menyalurkan sekitar 87 persen dari dana yang terkumpul, yang setara dengan Rp4,4 triliun. Sisa dana sebesar 13 persen, menurut Azis, masih memiliki potensi untuk didorong agar bisa lebih banyak tersalurkan ke sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan. “Dengan sisa dana yang masih dapat disalurkan, BNI dapat lebih memperluas dampaknya di sektor-sektor berkelanjutan,” ujar Azis.
Pembiayaan hijau yang disalurkan oleh BNI difokuskan pada sektor-sektor yang berkontribusi pada upaya pengurangan dampak perubahan iklim, seperti energi baru terbarukan (EBT), transportasi berkelanjutan, bangunan hijau, konversi limbah menjadi energi, serta pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan. Sektor-sektor ini dipilih karena peranannya yang sangat penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global.
Salah satu sektor utama yang mendapat perhatian dalam pembiayaan hijau ini adalah energi baru terbarukan (EBT). BNI telah menyalurkan dana sebesar Rp343 miliar untuk proyek-proyek yang terkait dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti panel surya, pembangkit listrik mini-hidro, dan pembangkit listrik biogas. Pembiayaan ini diharapkan dapat mengurangi emisi GRK yang berasal dari sumber energi fosil.
Dampak positif dari pembiayaan ini terlihat jelas dalam pengurangan emisi GRK. BNI mencatatkan bahwa pembiayaan sektor EBT ini berhasil menghindari emisi GRK setara dengan 49.355 ton ekuivalen CO2 (tCO2eq) per tahunnya. Ini merupakan kontribusi yang signifikan dalam upaya mencapai target pengurangan emisi di Indonesia.
Selain EBT, sektor transportasi berkelanjutan juga menjadi prioritas pembiayaan hijau BNI. Sektor ini mendapatkan dana sebesar Rp2,3 triliun, yang difokuskan untuk mendukung pengembangan transportasi yang ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan proyek transportasi berbasis energi terbarukan. Sebagai hasilnya, pembiayaan ini diproyeksikan dapat menghindari emisi GRK sebanyak 55.414 tCO2eq per tahunnya.
Pengembangan transportasi berkelanjutan merupakan salah satu aspek penting dalam strategi pengurangan emisi, mengingat sektor transportasi menyumbang porsi besar terhadap total emisi GRK di Indonesia. Oleh karena itu, inisiatif ini sangat relevan dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Di sektor bangunan hijau, BNI menyalurkan pembiayaan sebesar Rp336 miliar. Dana ini digunakan untuk mendukung pembangunan dan renovasi bangunan yang memenuhi standar ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan energi. Pembiayaan untuk sektor ini berhasil menghindari emisi GRK sebanyak 10.691 tCO2eq per tahun, yang menunjukkan dampak positif terhadap pengurangan konsumsi energi dan peningkatan efisiensi energi di sektor perumahan dan perkantoran.
Bangunan hijau tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga dapat menghasilkan penghematan biaya dalam jangka panjang, karena mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan kenyamanan penghuninya. Hal ini membuat bangunan hijau semakin diminati sebagai pilihan investasi.
Sektor konversi limbah menjadi energi dan pengelolaan limbah juga mendapat perhatian serius dalam pembiayaan hijau BNI. Dana yang disalurkan untuk sektor ini mencapai Rp569 miliar, dengan tujuan untuk mengubah limbah menjadi sumber energi yang berguna. Pembiayaan ini berkontribusi pada pengurangan emisi GRK sebanyak 879.766 tCO2eq per tahunnya.
Sektor pengelolaan limbah ini memiliki potensi yang besar untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan baku energi, proyek-proyek ini tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil.
Sektor pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan juga menjadi bagian dari upaya BNI dalam mendukung keberlanjutan. Sebanyak Rp798 miliar disalurkan untuk proyek-proyek yang berfokus pada pelestarian alam dan penggunaan lahan secara bijaksana, sehingga dapat mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga keberlanjutan ekosistem.
Dampak dari sektor ini cukup signifikan, dengan pengurangan emisi GRK yang berhasil dihindari mencapai 446.757 tCO2eq per tahun. Proyek-proyek ini berperan penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam di Indonesia, mengingat negara ini memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan beragam.
Secara keseluruhan, total emisi GRK yang berhasil dihindari dari pembiayaan hijau BNI mencapai 1,44 juta tCO2eq per tahun. Ini merupakan angka yang signifikan dan menunjukkan betapa pentingnya pembiayaan hijau dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Dengan kontribusi yang semakin besar terhadap pengurangan emisi, BNI semakin memperkuat posisinya sebagai pelopor dalam sektor perbankan berkelanjutan.
Abdul Azis menambahkan bahwa keberhasilan penerbitan obligasi hijau oleh BNI dapat menjadi contoh bagi perbankan lainnya di Indonesia. Menurutnya, BNI berperan sebagai motor penggerak dalam pengembangan ekonomi hijau di Indonesia. Selain itu, BNI juga berhasil menarik minat investor domestik dan asing untuk berinvestasi di sektor-sektor yang berbasis pada prinsip-prinsip keberlanjutan.
“Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya ESG (environmental, social, governance), aksi korporasi yang dilakukan oleh BNI bisa menjadi contoh bagi bank-bank lain untuk melakukan hal serupa. Ini juga memberikan alternatif investasi yang menarik bagi pemodal yang peduli dengan keberlanjutan,” jelas Azis.
Menurut Azis, dengan meningkatnya minat investor terhadap instrumen keuangan yang berbasis ESG, BNI dapat menjadi proxy saham ESG di Indonesia. Ini berarti bahwa investor dapat melihat saham BNI sebagai representasi dari investasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan pengurangan dampak perubahan iklim.
Peningkatan kesadaran investor tentang pentingnya faktor lingkungan dan sosial dalam investasi telah mendorong permintaan terhadap produk-produk finansial yang lebih berkelanjutan. Oleh karena itu, keberhasilan BNI dalam menerbitkan obligasi hijau membuka peluang besar bagi sektor perbankan Indonesia untuk lebih terlibat dalam pembiayaan proyek-proyek yang ramah lingkungan.
Meskipun keberhasilan penerbitan obligasi hijau oleh BNI menjadi langkah positif, sektor perbankan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan pembiayaan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman dan kesiapan dari sebagian besar bank untuk meluncurkan produk-produk finansial berkelanjutan yang sesuai dengan standar ESG.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan di kalangan investor, ada peluang besar bagi perbankan Indonesia untuk mengembangkan produk-produk finansial yang mendukung ekonomi hijau. Sebagai salah satu bank besar di Indonesia, BNI diharapkan dapat terus memimpin dalam hal inovasi pembiayaan hijau dan memberikan inspirasi bagi bank-bank lainnya.
Penerbitan obligasi hijau BNI menjadi sebuah langkah besar dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan di Indonesia. Dengan keberhasilan ini, BNI tidak hanya menciptakan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga membuka peluang bagi sektor perbankan Indonesia untuk lebih terlibat dalam ekonomi hijau. Dalam konteks ini, BNI dapat menjadi acuan bagi perbankan lainnya untuk mengembangkan produk-produk finansial yang berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
(Sumber: kabarjawa.com)