KabarIndonesia.id — Makassar, Pada Hari Minggu (24/11/2024), Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Makassar, Bung Vicky, mengungkapkan keprihatinannya atas rusaknya komunikasi internal di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Menurutnya, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, dan pihaknya mendesak agar Kepala Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI) segera dievaluasi.
“GMKI Cabang Makassar sangat prihatin dengan situasi ini. Sebagai penegak hukum, polisi seharusnya menjadi contoh yang baik. Namun, kejadian penembakan antar polisi di Solok Selatan, Sumatera Barat, memperlihatkan adanya masalah serius dalam tubuh Polri,” ujar Vicky.
Kasus penembakan antara Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ulil Riyanto Anshari, oleh Kabag Ops AKP Dadang Iskandar, yang terjadi beberapa waktu lalu, semakin memperburuk citra kepolisian. Kejadian ini, menurut GMKI, menunjukkan lemahnya kontrol internal di Polri, bahkan ada dugaan bahwa konflik ini dipicu oleh masalah di lapangan, yakni penutupan tambang ilegal galian C.
GMKI Makassar menegaskan bahwa kasus tersebut mencerminkan adanya krisis kepemimpinan dalam tubuh Polri. “Kami mendesak KAPOLRI untuk segera dievaluasi. Sejak masa kepemimpinan beliau, banyak sekali konflik internal yang muncul. Jika masalah ini tidak segera ditangani dengan serius, maka bukan tidak mungkin kejadian serupa akan terus berulang,” lanjut Vicky.
GMKI menyoroti bahwa Kapolres Solok Selatan sebagai pimpinan dari kedua polisi yang terlibat dalam insiden tersebut seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap kejadian ini. “Kapolres harus memastikan tidak ada pembiaran terhadap konflik internal yang terjadi, terlebih jika itu terkait dengan kepentingan pribadi yang merusak integritas kepolisian,” tegasnya.
Pernyataan ini juga sejalan dengan kritik yang disampaikan oleh Anggota DPR RI Frederik Kalalembang yang menyebut adanya “krisis kepemimpinan” di tubuh Polri. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol internal di Polri lemah dan harus segera dibenahi agar tidak semakin membuka celah bagi penyalahgunaan kewenangan.
GMKI juga menekankan pentingnya penanaman nilai karakter, moralitas, dan rasa kekeluargaan di antara sesama penegak hukum. “Kami sangat prihatin dengan sikap KAPOLRI yang terkesan tidak tegas dan kurang menunjukkan kepemimpinan yang kuat. Jika penegak hukum saja saling menembak, ke mana lagi masyarakat harus mencari rasa aman?” ungkap Vicky.
Pihak GMKI Makassar memberikan peringatan keras kepada institusi kepolisian agar segera menyelesaikan masalah internal yang terjadi, yang hanya merugikan citra dan fungsi Polri sebagai penegak hukum. “Polisi yang baik sudah semakin hilang karena tindakan polisi yang buruk. Ini harus segera dihentikan,” pungkasnya.
Terkait dengan hal ini, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui juru bicara resmi menyatakan bahwa kasus penembakan di Solok Selatan sedang dalam proses penyelidikan secara transparan dan profesional. Polri berkomitmen untuk mengusut tuntas peristiwa tersebut dan memberikan tindakan yang tegas kepada pihak-pihak yang terbukti melanggar hukum. “Kami akan menindaklanjuti kasus ini sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku, dan memastikan bahwa tidak ada pihak yang kebal hukum,” ujar juru bicara Polri.
GMKI berharap agar institusi Polri dapat kembali membangun kepercayaan masyarakat dengan memperbaiki komunikasi internal dan menegakkan prinsip keadilan di seluruh lini kepolisian.
(Sumber: rujukandesa.com)