KabarIndonesia.com — Mantan Waketum Kadin Pusat, Annar S. Sampetoding, mengatakan kepada media, secara pribadi, dirinya sangat prihatin dan agak kecewa dengan adanya keputusan mendadak yang menunda Munas Kadin pimpinan Rosan P. Ruslani. Munas Kadin yg semula direncanakan di Bali 2 – 4 Juni, tiba-tiba diundur menjadi 30 Juni di Kendari, Sulawesi Tenggara. Annar Sampetoding, -yang sejak 2016 menjabat sebagai Ketua Umun DEIT (Dewan Ekonomi Indonesia Timur) yang menaungi 12 Propinsi potensial SDA di Indonesia Timur,- menyebut, pengunduran jadwal yang mendadak itu menimbulkan reaksi dan protes mayoritas pengurus pusat maupun daerah.
Diceritakan Annar, – pengusaha HPH terbesar di Sulawesi Selatan dan Barat sejak tahun 1960an itu, -bahwa banyak kalangan yang mengatakan, skenario pengunduran jadwal itu dipengaruhi paling tidak oleh tiga faktor. Pertama, adanya lobby kelompok tertentu yang mempengaruhi Presiden Jokowi, karena menghendaki figur pilihan mereka yang akan menjadi Ketua Umum yang baru. Di kubu ini ada Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, yang sejak lama sudah berkampenye bersama Menteri Perdagangan Moh. Lutfie. "Duet" menteri itu menjagokan Arsyad Rasyid dari Indika Group.
Faktor kedua, itu adalah suatu langkah drastis bertujuan memotong majunya "dinasti" ARB (Abu Rizal Bakrie) atau Ical, yaitu putra keduanya, bernama Anindya Bakrie,yang akrab dipanggil Anin, untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpin Kadin, menggantikan Rosan P. Roslani. Karena "dinasti" Ical itu dianggap sudah telanjur dan terlalu lama mengangkangi Kadin, dari Munas ke Munas sejak Ical terpilih pertama kali tahun 1993-2003 (dua priode). Setelahnya jabatan Ketua Umum dipegang terus oleh figur "orang dekat" Ical.
Faktor ketiga, cerita Annar, penundaan ini menunjukkan kegagalan kepemimpinan Rosan menakhodai Kadin. Rosan dianggap telah menghancurkan independensi dan integritas Kadin, karena dia tidak mampu meyakinkan pemerintah supaya Munas Kadin tetap di Bali. Sekarang e menjadi masalah, karena segala sesuatu persiapan tehnisnya telah nyaris rampung. Termasuk buking 250 kamar di Hotel Westin Resort, Nusa Dua, Bali. Pembatalan yang mendadak itu telah menimbulkan kerugian panitia pelaksana puluhan miliaran.
Sementara itu, menurut informasi yang diperoleh Annar Sampetoding dari "kaki tangannya" di Kendari, perpindahan acara ke ibukota Provinsi Sulawesi Tengggara, itu karena lobby Bahlil yang kelahiran Buton, salah satu kabupaten penghasil aspal terbesar Indonesia di Sulawesi Tenggara. Annar mengakui, dia menerima banyak keluhan, protes serta caci maki dari pengurus Kadin Pusat maupun Daerah yang ditujukan kepada ulah Bahlil dan Rosan yang telah membuat Kadin terancam perpecahan.
Kata dia, banyak yang mengirim pesan kepada dirinya. Mereka meminta Rosan dan Bahlil mengundurkan diri. Karena apa? "Karena tindakan keduanya telah menyudutkan posisi Presiden Jokowi yang telah tersebar beritanya di media yang menyebut Jokowi "pemberi perintah" pengunduran acara Munas itu.
"Ini adalah hal sangat buruk, menurut teman-teman pengusaha, karena telah menyeret-nyeret nama Jokowi yang tidak tahu apa-apa", tandas Annar.
Menurut saya, ke depan, tegasnya, Kadin harus tampil dengan jiwa dan semangat baru. Pertarungan jabatan Ketua Umum dengan tradisi menghambur-hamburkan uang untuk membeli suara pengurus daerah, harus ditinggalkan!. Cara itu sudah usang. Sudah tidak sesuai dengan
selera pasar yang bergerak ke arah "New Normal", yaitu mengedepankan pengelolaan potensi ekonomi daerah melalui kemudahan jaringan digital atau aplikasi.
“Inilah saatnya, inilah momentumnya budaya "high cost economy" harus diakhiri. Caranya, dengan tidak lagi membuang-buang dana besar untuk membeli suara daerah. Tapi hasilnya, terbukti Nol besar untuk kemajuan daerah. Inilah saatnya cara lama yang usang itu kita buang, tegas Annar mengajak tokoh – tokoh muda Kadin harus bertekad bulat, bersama mengedepankan budaya yang lebih berkonsentrasi kepada pengembangan potensi ekonomi (SDA- Sumber Daya Alam) daerah yang berlimpah.
Kesemuanya ada terpendam dalam perut bumi Indonesia Timur. Bernilai milyaran dolar karena menjadi penopang utama ekonomi global.
"Mari Ke Timur",
kata Annar sambil menekankan bahwa, pembaharuan jiwa dan semangat Kadin yang lebih peduli daerah harus lebih dikedepankan. Ke arah itulah seharusnya dukungan dari Presiden Jokowi kita butuhkan, sejalan dengan semangatnya sebagai presiden yang konsisten bertekad memajukan pembangunan di daerah-daerah", ujar Annar menutup keterangannya.
(rls)