KabarIndonesia.id — Aktivis lingkungan, Muhammad Ikhwan AM atau yang lebih akrab disapa Iwan Dento meraih penghargaan Kalpataru tahun 2023.
Pria asal Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan itu menjaga dan merawat Karst Rammang-rammang bersama warga sekitar sejak tahun 2009 silam.
Sejak itu pula, Iwan Dento gencar memotori warga untuk menolak kehadiran tambang saat pemerintah setempat memberikan izin bagi investor untuk membuka tambang batu marmer dan gamping.
Selanjutnya, pada 2013, gerakan penolakan itu membuahkan hasil dengan dibatalkannya izin tambang dan pada 2015, kawasan Rammang-rammang mulai dibuka untuk pariwisata.
Bagi Iwan, penyelamatan Rammang-rammang merupakan penyelematan ruang hidup dan identitas.
Rammang-rammang selain memiliki flora dan fauna, juga menjadi sumber-sumber air yang mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat sekitar.
Belum lagi sejumlah peninggalan prasejarah tertua juga ada disana sehingga baginya harus turut diwariskan ke anak cucu dengan menjaganya.
"Jika itu hilang, berarti ada dua hal besar yang akan menjadi masalah bagi kita yaitu ruang hidup dan identitas", ungkapnya saat dihubungi, Kamis, (15/06).
Berkat pengabdian dan dedikasinya selama ini, Iwan Dento akhirnya mendapatkan penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan Tahun 2023 setelah tiga kali masuk sebagai nominasi.
Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, di kantor KLHK, Jakarta, pada Selasa 6 Juni 2023 lalu.
Penyerahan penghargaan itu bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia atau World Environment Day.
Kalpataru merupakan salah satu penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup.
Penghargaan ini diberikan Pemerintah Indonesia kepada individu atau kelompok yang telah berkontribusi secara signifikan dalam merintis, mengabdi, menyelamatkan, dan membina perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
"Kami berterima kasih terhadap semua teman-teman yang terlibat. Sejatinya piala itu bersama. Ibarat sepakbola, saya hanya disimbolkan saja sebagai kapten yang memegang pertama medali itu," tutur Iwan Dento.
Iwan Dento sangat berbangga dan merasa bahagia berkat dedikasinya terhadap Rammang-rammang akhirnya mendapat pengakuan dari negara setelah 15 tahun lamanya.
Meski begitu, menurutnya tujuan akhir pelestarian Rammang-rammang tidak hanya sampai meraih Kalpataru namun untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan perlawanan menolak tambang karst kepada semua pihak.
"Saya pertegas tujuannya bukan ke sana, bukan bahwa kita melakukan itu untuk mendapatkan Kalpataru. Tetapi saya bilang ini soal pengakuan negara terhadap perlawanan gagasan tanding yang didorong oleh masyarakat," tegasnya.
Ia pun berharap penghargaan Kalpataru itu mampu membawanya untuk dipertimbangkan dalam konteks struktural. Dia berharap mampu mengintervensi kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya terkait Rammang-rammang.
Harapan Iwan itu terlebih lagi karena Rammang-rammang yang merupakan bagian dari Geopark Maros-Pangkep yang kini telah diakui UNESCO. Artinya, akan ada intervensi dunia terhadap aktivitas-aktivitas ekstraktif yang terjadi di kawasan karst Maros Pangkep terutama di kawasan Rammang-rammang.
"Kami sebenarnya berharap stakeholder itu melibatkan orang-orang seperti kami, orang-orang akar rumput. Jangan selalu kita dianggap bodoh dan tidak tahu apa-apa. Paling tidak ada pelibatan bahwa ada komitmen dan konsistensi di situ," pungkasnya.
Untuk dikethaui, Iwan Dento sebelumnya telah diusulkan sebagai penerima penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup sebanyak dua kali. Namun, Iwan harus puas di nominator urutan 20 besar.
Tahun ini, Iwan yang kembali diusulkan oleh pemerintah daerah dan berhasil menduduki urutan pertama dari 10 nominator penerima Kalpataru.
Nama Iwan muncul sebagai penerima berdasarkan Surat Keputusan dari Kementrian Lingkungan Hidup nomor: SK.545/MENLHK/PSKL/PSL.3/5/2023 tentang Penerima Penghargaan Kalpataru 2023.