KabarIndonesia.id – Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri menganggap Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia tak paham dengan sebutan raja jawa karena Bahlil berasal dari luar pulau Jawa.
Megawati mengaku tergelitik dengan pernyataan Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia, yang menyebut ada raja Jawa.
“Dia ngomong raja jawa gitu. Kayak-kayaknya dia ngerti gitu tentang raja jawa. Dia kan orang apalagi tuh ?,” kata Megawati sambil mencari tahu ke peserta rapat tentang asal daerah Ketum Golkar Bahlil Lahadalia itu.
Megawati Soekarnoputri menanyakan siapa sosok Raja Jawa yang dimaksud dan menyatakan ingin berkenalan dengan Raja Jawa yang disebut oleh Bahlil.
“Makanya saya ambil sarapan sambil ketawa. Bilangnya ada raja jawa, terus aku mikir. Aku juga mau kenalan deh sama raja jawanya. Sejak kapan ada raja jawa?,” singgung Megawati dalam pidatonya baru-baru ini.
Reaksi ini menunjukkan adanya sensitivitas terkait penggunaan istilah budaya dalam konteks politik. Hal ini seperti disampaiakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X seperti dikutip dari Kabar Jawa.
Sri Sultan Hamengku Buwono X tampaknya enggan berkomentar soal pernyataan Ketua Bahlil Lahadalia yang menyinggung sosok Raja Jawa ketika ditemui awak media.
Seperti dikutip kompas Sultan mengatakan dirinya tidak seharusnya berkomentar lantaran dia tidak mengetahui secara persis maksud dari Bahlil.
Bahlil yang resmi ditunjuk sebagai Ketum Partai Golkar baru pengganti Airlangga Hartarto ini menyampaikan pernyataan raja jawa ini saat Munas di Jakarta Convention Center, Jakarta 21 Agustus 2024 lalu.
“Kita harus lebih paten lagi. Soalnya, Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita,” kata Bahlil Lahadalia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu enggan membeberkan siapa sosok yang dia maksud sebagai Raja Jawa.
“Sudah. Waduh ini. Sudah banyak, sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkan lah. Enggak perlu,” tuturnya.
Bahlil menggunakan istilah ini sebagai kiasan untuk menggambarkan pentingnya kepatuhan terhadap pemerintah yang akan datang, yakni pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang menurutnya merupakan kelanjutan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Ia memperingatkan bahwa Golkar harus berhati-hati dan tidak bermain-main dengan kekuasaan tersebut karena bisa membawa dampak buruk bagi partai.
Sebelumnya, Bahlil mengingatkan agar partainya ke depan tidak boleh main-main dengan Raja Jawa, namun tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan Raja Jawa.
Bahlil Terpilih Aklamasi Ketum Golkar
Bahlil Lahadalia telah terpilih secara aklamasi dan resmi menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2024-2029 dalam Musyawarah Nasional (Munas) XI Golkar di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2024.
“Saya menanyakan apakah seluruh hadirin yang hadir peserta Munas setuju untuk kita tetapkan Bapak Bahlil Lahadalia menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2024-2029,” ujar Waketum Golkar Adies Kadir dalam Munas XI yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 21 Agustus lalu.
Seperti dikutip dari Kabar Indonesia Bahlil telah lolos verifikasi dan disahkan menjadi calon ketua umum (caketum) tunggal. Dalam Munas, Bahlil turut memaparkan visi dan misinya sebagai calon ketum Golkar.
Adapun pengesahan Bahlil jadi caketum tunggal Partai Golkar tertulis dalam Keputusan Munas Golkar 2024 No 11/munas/golkar/2024 tentang pengesahan calon tunggal Ketum DPP Golkar, periode 2024-2029.
“Mengesahkan saudara Bahlil Lahadalia sebagai calon tunggal Ketum DPP Partai Golkar peridoe 2024-2029,” tulis keputusan Munas yang dibacakan Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily di JCC, Senayan
Keputusan ini berlaku sejak tangal ditetapkan di Jakarta 21 Agustus 2024.
Dalam pemaparan visi-misi, Bahlil tidak ingin ada faksi di tubuh Partai Golkar. Ia menyebut kehadiran faksi sebagai gaya lama yang perlu dihentikan.
“Misi saya ke depan selain dari apa yang saya sampaikan tadi, adalah kita ingin untuk tidak boleh lagi Golkar ke depan ada faksi A, faksi B, faksi C. Kita cuma satu Partai Golkar, udah, gaya-gaya lama ini sudah lah abang-abang semua, mohon maaf,” kata Bahlil dalam pemaparan visi dan misinya dari atas mimbar.
Bahlil tidak memiliki kepentingan pribadi ketika memutuskan untuk maju menjadi calon ketua umum partai berlambang beringin itu. Ia hanya ingin Partai Golkar lebih baik di masa depan.
“Golkar harus lebih baik dari sekarang,” tutur Bahlil.
Bahlil mengedepankan semangat kompetisi dalam Munas Partai Golkar. Ia bingung dinilai salah padahal mendapat dukungan pemerintah saat ikut munas. Ia pun menanyakan kesalahan niat maju ketua umum partai dengan dukungan pemerintah.
“Apa yang membuat seperti itu? Apakah karena memang saya adalah kader dari ufuk timur, yang bukan anak siapa-siapa di Jakarta ini. Apakah memang pengurus DPD 1 Golkar se-Indonesia nggak boleh mencalonkan diri jadi calon Ketum Golkar?” kata Bahlil. (*)