News  

Peneliti Muda Suarakan Adaptasi Perubahan Iklim yang Peka Gender

KabarIndonesia.ID

KabarIndonesia.Id — Perubahan iklim berdampak nyata di desa-desa yang terletak di kawasan Daerah Aliran Sungai  (DAS) Walanae di Kabupaten Bone. Masyarakat yang menggantungkan penghidupan pada alam serta ekosistemnya sudah pasti terpengaruh oleh anomali-anomali yang timbul dari perubahan iklim, Kamis (1/12).

Peneliti muda lanskap yang tergabung dalam Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML) menggelar acara satu hari di Bikin-bikin Creative Hub, Nipah Mall, Makassar, untuk menyampaikan gagasan dan pendapat mereka setelah aksi lapang terjun langsung ke 12 desa di Kabupaten Bone. Mereka menghimpun data dan informasi terkait praktik-praktik tata kelola lahan, ketahanan pangan, dan kesetaraan gender.

 Alham R. Syahruna, dari Kantor Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan pemerintah provinsi telah  melakukan upaya-upaya untuk beradaptasi pada perubahan iklim melalui berbagai program dan kegatan, namun hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu kolaborasi para pihak antara pemerintah dan lembaga non pemerintah sangat diperlukan sebagai aksi nyata terhadap upaya mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi risiko dampak bencana.

Kehadiran 38 peneliti muda lanskap di desa-desa dan menyampaikan kembali temuan-temuan sementara mereka akan memperkuat kolaborasi antara pemerintah dengan lembaga non-pemerintah, seperti World Agroforestry (ICRAF) Indonesia, yang hadir di Sulawesi Selatan melalui proyek penelitian aksi Sustainable Landscape for Climate Resilient Livelihoods (Land4Lives) in Indonesia atau #lahanuntukkehidupan.

“Melalui Walanae Festival ini, saya ucapkan terima kasih dan selamat kepada 38 peneliti muda yang terlibat, yang telah menghasilkan inovasi baru untuk kita semua. Pesan saya, teruslah bekerja dan berkarya,” kata Alham yang mewakili Kepala Bappelitbangda A. Darmawan Bintang.

Walanae Fest merupakan tahapan akhir dari project IPML Sulsel. Dimana kegiatan ini menampilkan temuan awal lapangan terkait sumber penghidupan, tutupan lahan, dan sistem usaha tani terkhusus pada kawasan sepanjang DAS Walanae tepatnya di Kabupaten Bone.

Muhammad Aliafid selaku ketua kegiatan Walanae Festival mengatakan tema dari kegiatan iberasal dari nama Daerah Aliran Sungai melalui desa-desa.

"Poin penting dalam ekshibisi ini mengangkat Isu terkini Perubahan Iklim, Ketahanan Pangan dan Kesataraan gender berbasis lahan," pungkasnya, Selasa (30/11).

Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ini akan ada Talkshow dan Sharing Sessions, Pameran Foto, Pameran karya tulis PML 2022 dan tentunya hiburan bagi pengunjung.

"Pengangkatan isu tersebut diharapkan pengunjung menambah wawasan dan peduli terhadap pengelolaan lahan berbasis Agroforestri," harapnya.

Koordinator Proyek Land4Lives Provinsi Sulsel, Muhammad Syahrir menambahkan bahwa kegiatan Walanae Fest sebagai rangkaian kegiatan IPML yang menjadi media kreativitas para peneliti muda Sulsel.

"Selama kurang lebih 3 bulan mengikuti kegiatan IPML dengan mengambil lokasi Landscape DAS Walanae di Kabupaten Bone, kegiatan ini tentunya sebagai media dalam menyampaikan hasil tulisan berdasarkan observasi yang telah dilakukan dengan beberapa isu antara lain perubahan iklim, ketahanan pangan dan kesetaraan gender," bebernya.

Ia berharap Walanae Festival bisa membawa pesan kepada masyarakat tentang kegelisahan dalam menghadapi perubahan iklim yang memiliki dampak yang luar biasa.

"Sehingga kita semua bisa mengambil langkah-langkah adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim," harapnya.

Sementara, peneliti muda lanskap Fitri Ramdayani Mahmud berharap kegiatan ini bisa munumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan serta menambah wawasan terkait pentingnnya pemahaman akan dampak perubahan iklim.

"Karena hal tersebut  kian terasa terutama bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan sebagai sumber penghidupannya," katanya.