KabarMakassar, Majene — Ada yang unik dari peringatan Maulid Nabi di Salabose Kabupaten Majene Sulawesi Barat. Tradisi Maulid ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu.
Tradisi turun temurun ini diyakini akan mendatangkan bencana. Apabila ritual Maulid Nabi ini dilakukan di daerah atau sebelum perayaan ini dilaksanakan di Desa Salabose. Diyakini daerah Salabose konon akan terkena musibah atau daerah yang mendahului akan terkena musibah.
Hal ini seperti yang dikisahkan warga yang bermukim di Majene bernama Rosihan Abidin. Dia meyakini jika cerita ini turun temurun dikisahkan.
"Kejadian ini tiga tahun lalu, ketika saya mengikuti perayaan maulid ini. Tiba tiba cuaca menjadi gelap dan turun hujan yang sangat keras disertai angin yang kencang. Sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti ini, ucap penari sanggar Teater Ammana Pattolawali (AMPAT) ini.
Tradisi yang dimulai sejak pagi hari itu di mulai dengan Mappatamma Mangaji (Khatam Qur'an) kemudian diarak keliling wilayah setempat menggunakan kuda yang mampu menari mengikuti iringan musik tabuhan rebana atau di sebut dengan "Sayyang Pattu'du".
Pria berusia 32 tahun yang akrab di sapa Aan ini bercerita perayaan ini juga dilakukan pencucian benda pusaka oleh tokoh penting setempat. Puncak dari acara peringatan Maulid berlangsung saat warga berebut berkah dari gunungan sebagai simbol perayaan Maulid. Warga mengaku rela berdesakan dan berebut sesaji gunungan makanan karena meyakini dapat mendatangkan berkah berupa rezeki yang melimpah.
Sisi unik lainnya dari acara ini adalah, bebasnya warga yang hadir pada perayaan Maulid di Salabose ini untuk memasuki rumah warga yang ada disekitar acara untuk menikmati sajian yang telah di siapkan dengan harapan semakin banyak yang tamu yang datang semakin banyak rezeki yang datang juga.
Selain memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW juga menghormati seorang tokoh yang diyakini oleh masyarakat sebagai penyebar agama islam di Tanah Mandar yaitu Syekh Abdul Mannan. Daerah Salabose memiliki catatan sejarah istimewa karena menjadi kawasan pusat penyebaran ajaran Islam pertama di Tanah Mandar beberapa abad tahun silam.
Pemerintah kabupaten Majene sangat mengapresiasi kegiataan keagamaan yang kental dengan khas budaya, ini dikarenakan menjadi ikon wisata religius dan budaya di kota Majene. (*)