KabarIndonesia.id — Gempa berkekuatan 7,9 Magnitudo guncang Maluku Tenggara Barat, Selasa, (10/01) pukul 00.47.34 WIB.
Berdasarkan data BMKG, pusat guncangan berada di kedalaman 131 KM berlokasi 148 KM Barat Laut Maluku Tenggara Barat.
BMKG menyimpulkan gempa tersebut terjadi akibat aktivitas subduksi di Laut Banda dan berdasarkan hiposenter gempa tergolong kategori menengah dengan mekanisme gempa berupa pergerakan naik (thrust fault).
Gempa ini dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas V MMI (Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), daerah Dobo, Tiakur IV MMI (Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi), daerah Sorong, Kaimana, Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata dengan skala intensitas III-IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), daerah Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, Kota Kupang dengan skala intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu), daerah Ambon dan Piru II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami dan berakhir pukul 03.43 WIB.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan pencabutan peringatan dini tsunami dilakukan setelah observasi.
"Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan parameter yang diupdate jadi pertamakali parameternya 7,9 kemudian di update menjadi 7,5 tidak menunjukkan adanya potensi tsunami, setelah parameter itu terupdate 7,5. namun kami tetap mewaspadai potensi tsunami tersebut sehingga kami juga melakukakn observasi terhadap kenaikan muka air di laut atau observasi tsunami, berdasarkan observasi 4 tide gauge disekitar sumber gempabumi (seira, adaut, lirang, dan larat), tidak menunjukkan adanya anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang signifikan," jelasnya dalam konferensi pers virtual.
Ia mengimbau masyarakat pesisir untuk kembali beraktivitas normal. "Mengingat peringatan dini tsunami telah berakhir, masyarakat di wilayah pesisir diimbau beraktivitas kembali normal seperti biasa," imbaunya.
"Mohon periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembai ke dalam rumah pastikan pula informasi resmi hanya bersumber dari bmkg yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi yaitu instagram, twitter, @infobmkg, website (http://www.bmkg.go.id) atau inatews.bmkg.go.id, telegram channel," sambungnya.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangan resminya menyebutkan akibat guncangan yang cukup kuat beberapa rumah warga mengalami kerusakan baik ringan hingga berat. Beberapa rumah warga terlihat rubuh akibat gempa.
"Data sementara hingga hari ini (10/1), pukul 08.13 WIB, sebanyak 15 rumah warga Kepulauan Tanimbar mengalami kerusakan, dengan rincian 1 rumah rusak berat, 3 rusak sedang dan sisanya masih dilakukan penilaian tingkat kerusakan," terang Plt. Kapusdatinkom BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulisnya.
Selain rumah, fasilitas pendidikan SMP Kristen Saumlaki dan SMA Negeri 1 Saumlaki, Tanimbar Selatan, juga mengalami kerusakan.
"Sedangkan dampak korban, BPBD setempat menyebutkan 1 warganya luka-luka," terangnya.
Ia menuturkan, berdasarkan informasi BPBD Kabupaten Kepulauan Tanimbar, guncangan gempa dirasakan kuat oleh warga sekitar 3 hingga 5 detik. Terjadi kepanikan saat gempa berlangsung sehingga warga keluar rumah.
Pascagempa, BPBD Kabupaten Kepulauan Tanimbar melakukan koordinasi dengan aparat desa dan kecamatan. Di samping itu, petugas mengimbau warganya untuk tetap waspada.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap waspada terhadap potensi gempa susulan. Sebelum kembali ke dalam rumah, warga diminta untuk memastikan kondisi struktur bangunan pascagempa.
"Tetap waspada terhadap potensi gempa susulan. Dampak korban jiwa dapat dipicu bukan karena fenomena gempa tetapi reruntuhan bangunan yang tidak tahan gempa," imbaunya.
Selain itu, warga diminta untuk tidak mudah terpancing oleh berita palsu atau hoaks yang biasanya tersebar melalui media sosial. Pastikan informasi terkini pascagempa dari BMKG, BNPB atau pun BPBD setempat.