TPS Pink Denpasar Perempuan Gen Z Pionir Demokrasi

KabarIndonesia.id — Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, memberikan perhatian khusus pada tempat pemungutan suara (TPS) unik di Denpasar yang beroperasi dalam Pilkada Serentak 2024.

TPS 08 Panjer menjadi sorotan karena sepenuhnya dikelola oleh perempuan muda dari generasi Z, berusia 17 hingga 23 tahun.

Nuansa khas berwarna pink di TPS tersebut memberikan sentuhan unik yang membedakannya dari TPS lain.

“Ini sesuatu yang berbeda. Sentuhan perempuan muda di TPS ini memberikan kesan segar,” ujar Mahendra Jaya saat meninjau TPS itu, Rabu (27/11).

Menurutnya, penataan yang bersih dan rapi menjadi ciri khas TPS ini, mencerminkan keahlian para perempuan muda yang mengelolanya.

Uniknya, pengamanan di TPS ini juga dilakukan oleh polisi wanita (polwan) muda berusia 21 tahun, menambah daya tarik TPS tersebut.

TPS 08 Panjer juga memperlihatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan membagikan eco enzym secara gratis kepada pemilih.

Eco enzym merupakan cairan alami serbaguna yang dapat digunakan untuk membersihkan, mengelola limbah organik, hingga mendukung kelestarian lingkungan.

“Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini. Selain mendukung demokrasi, mereka juga menunjukkan kesadaran terhadap isu lingkungan,” ungkap Mahendra Jaya.

Ia menilai langkah ini mencerminkan kepedulian generasi muda terhadap tanggung jawab sosial di luar demokrasi.

Sekretaris Banjar Kertasari, Ketut Udi Prayudi, menjelaskan bahwa TPS ini sengaja dirancang untuk memotivasi perempuan muda agar terlibat dalam proses demokrasi.

“Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan muda mampu mengambil peran penting dalam demokrasi,” katanya.

Udi menyebut bahwa saat ini belum ada calon perempuan dalam Pilkada Bali, namun ia optimis perubahan akan terjadi di masa depan.

“Dengan pengalaman ini, semoga mereka bisa menjadi pemimpin perempuan yang tangguh dalam 5 hingga 20 tahun ke depan,” tambahnya.

Di TPS ini, terdapat tujuh anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), empat saksi, satu pengawas, dua petugas ketertiban, dan dua polisi wanita.

Semua petugas, tanpa terkecuali, adalah perempuan muda yang menjadi garda depan penyelenggaraan pemungutan suara.

Sebagian besar dari mereka baru pertama kali terlibat dalam proses demokrasi sebagai penyelenggara.

Untuk mempersiapkan mereka, Udi memberikan pelatihan tambahan berupa simulasi teknis, agar mereka memahami tugas dengan baik.

“Kami ingin memastikan bahwa mereka siap secara teknis, bukan hanya berdasarkan teori,” ujar Udi yang juga mantan Komisioner KPU Bali.

Simulasi ini dirancang untuk memberi gambaran nyata tentang situasi di lapangan sehingga mereka bisa menjalankan tugas dengan percaya diri.

Selain memberdayakan perempuan muda, TPS ini juga menunjukkan kepedulian terhadap isu lingkungan yang kerap diabaikan selama pemilu.

Para penyelenggara menyadari bahwa produksi logistik, seperti spanduk dan poster Pilkada, menghasilkan limbah yang signifikan.

Untuk itu, mereka membagikan biopori dan eco enzym kepada para pemilih sebagai bentuk kompensasi terhadap dampak lingkungan.

“Langkah ini bukan hanya mendukung demokrasi, tapi juga menjadi edukasi penting bagi masyarakat tentang pengelolaan limbah,” kata Udi.

Eco enzym yang dibagikan dapat dimanfaatkan pemilih untuk berbagai keperluan, termasuk kebersihan dan pertanian organik.

Kehadiran Pj Gubernur Bali di TPS ini menunjukkan dukungan pemerintah terhadap inovasi dalam demokrasi.

Mahendra Jaya berharap konsep TPS seperti ini dapat diadopsi oleh daerah lain di Bali maupun Indonesia.

“Ini contoh bagaimana demokrasi bisa menjadi lebih bermakna, tidak hanya soal memilih, tapi juga memberikan pengalaman positif kepada masyarakat,” ujarnya.

Dengan kombinasi inovasi, pemberdayaan perempuan, dan kepedulian lingkungan, TPS 08 Panjer menjadi simbol demokrasi yang progresif.

Ia percaya semangat ini akan mendorong lebih banyak generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan  masyarakat di masa depan.

(Sumber: kabarjawa.com)