KabarIndonesia.id — Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Dr. Ahmad Zahid bin Hamidi melakukan kunjungan kerja ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (21/4) sebagai bagian dari agendanya sebelum bertemu Presiden terpilih Prabowo Subianto. Kunjungan ini bertujuan memperkuat pemahaman dan kerja sama di bidang penanggulangan bencana antara Indonesia dan Malaysia.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menyambut langsung kedatangan Wakil PM di lobi Graha BNPB dan menyampaikan paparan komprehensif terkait pengalaman Indonesia dalam mengelola bencana. Ia menegaskan, meskipun bencana tidak bisa dicegah, dampaknya dapat diminimalkan secara sistematis.
“Dominasi bencana yang kita hadapi adalah hidrometeorologi basah, seperti banjir dan tanah longsor,” ujar Suharyanto. Ia juga membagikan pengalaman Indonesia dalam menangani bencana besar seperti gempa Cianjur, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, hingga banjir di wilayah Jabodetabek.
Menghadapi musim kemarau, BNPB menyatakan telah membentuk desk satuan tugas untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan yang biasa meningkat di bulan Mei. Suharyanto juga mengungkapkan tantangan utama ada pada tahap prabencana, khususnya dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.
“Melalui program IDRIP, kami terus mengembangkan sistem peringatan dini,” katanya. BNPB juga tengah membangun ekosistem aksi dini bersama Pemerintah Spanyol untuk bencana hidrometeorologi.
Menariknya, peran BNPB juga meluas hingga bantuan luar negeri, seperti dalam bencana gempa yang melanda Myanmar. “Kami dan Malaysia sama-sama mengirim bantuan ke sana,” ujar Suharyanto, menekankan semangat solidaritas kawasan.
BNPB telah menyusun Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020–2044 sebagai arah jangka panjang penanggulangan bencana nasional. Rencana ini menjadi pijakan dalam membangun sistem yang adaptif dan tangguh terhadap berbagai jenis bencana.
Malaysia Ingin Perkuat Kolaborasi
Usai pemaparan, rombongan Wakil PM Malaysia meninjau langsung AHA Centre dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB untuk melihat langsung sistem manajemen informasi dan interoperabilitas antarlembaga.
Zahid mengungkapkan, meski Malaysia kerap menghadapi bencana seperti banjir dan kebakaran, negara tersebut bersyukur tidak memiliki risiko gempa bumi dan letusan gunung api seperti Indonesia.
“Ini membuat kami perlu belajar dari Indonesia yang memiliki kompetensi tinggi dalam respons darurat,” ungkapnya. Ia menilai kerja sama penanggulangan bencana yang telah dimulai sejak 1987 perlu dilanjutkan dalam bentuk perjanjian kerja sama yang lebih konkret, termasuk latihan bersama.
Wakil PM juga menyebutkan bahwa tim SMART dari Malaysia telah berkontribusi dalam penanganan darurat di Turkiye dan Myanmar, dan berharap tim tersebut bisa memperoleh lebih banyak pelatihan dari BNPB.
Ia mengajak negara-negara Asia Tenggara untuk membangun ketangguhan bersama melalui kesiapsiagaan yang terkoordinasi.
“Kita tidak tahu kapan bencana akan datang. Meski ada sistem peringatan dini dan teknologi informasi canggih, manajemen bencana tetap harus dilakukan dengan kesiapsiagaan penuh,” tegas Zahid dalam konferensi pers.
Kunjungan ini menjadi bukti bahwa kerja sama regional dalam menghadapi ancaman bencana menjadi kebutuhan strategis di kawasan yang rawan bencana seperti Asia Tenggara.